CARA MENGGULUNG TRAFO
PERENCANAAN PENGGULUNGAN
TRANSFORMATOR
Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya
listrik arus bolak – balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lain secara
induksi electromagnet.
Suatu transformator terdiri dari 2
buah kumparan (gulungan) kawat email. Kumparan pertama disebut gulungan
primer dan kumparan yang kedua disebut sekunder.
Bahan – bahan yang diperlakukan
untuk menggulung suatu transformator antara lain :
a. Kern
Kern atau teras besi lunak yang terbentuk dari
kumparan besi lunak yang mengandung silicon yang berbentuk seperti huruf E dan
I
b. Koker
Koker atau rumah atau tempat mengulung kumparan primer
dan sekunder
c. Kawat email
Kawat email yang terbuat dari tembaga yang dilapiskan
bahan isolasi yang tahan panas.
Penentuan Gulungan atau volt
Pada system penggulungan trafo biasa
terjadi penyimpangan kerugian Seperti kerugian kawat email dan kurang panas
tidak diperhitungkan. Kerugian seperti ini sekitar 20% sampai 30% dari tembaga
gulungan Primer.
Apabila kita ingin merencanakan
gulungan sekunder 100 watt,maka Tenaga primer harus lebih 20% sampai 25% dari
tenaga sukunder. Yang harus selalu diingat bahwa setiap kali tegangan gulungan
Sekunder diberi beban tegangannya akan turun.
Keterangan :
I2 =arus yang mengalir ke beban
E1=tegangan gulungan primer dari PLN
E2=tegangan gulungan sekunder
Dinegara kita tegangan listrik
berfrekuensi sekitar 50 sampai 60 Circle/second oleh sebab itu untuk menghitung
gulungan pervolt kita.
Dapat memakai rumus:
Circle per
second x 1 gulungan
Keliling
besi kern untuk koker
Untuk menghindarkan panasnya
transformator tenaga kita dapat memakai standar 56 circle/second sebagai dasar
perhitungan
Jadi rumus perhitungan jumlah gulungan per volt:
56 x 1
gulungan
Keliling
besi kern untuk koker
GULUNG PER
VOLT
Yang dimaksud dengan gulungan per volt yaitu sejumlah gulungan kawat yang disesuaikan
untuk tegangan sebesar 1 Volt.
Untuk menetapkan besar jumlah gulung
per volt dipakai ketentuan :
Rumus : gpv = f / O
Dimana
Gpv = jumlah gulang per volt
f = frekuensi listrik (50 Hz)
O = luas irisan teras diukur dengan
cm. (hasil kali dari lebar dan
tinggi tempat gulungan
Contoh 1 :
Sebuah
tempat gulung kawat transformator mempunyai ukuran lebar 2,5 Cm dan tinggi 2
cm. Besar jumlah gulungan per volt :
Jawab :
gpv = f / O
f = 50 Hz
O = 2,5 x 2
= 5 Cm2
gpv = 50 / 5
= 10 gulung / volt
(setiap 10
lilitan kawat berlaku untuk tegangan sebesar 1 volt)
Contoh 2 :
Dibutuhkan
sebuah transformator dengan tegangan 220 V untuk gulung primer dan tegangan 6 V
digulungan sekundernya, lebar tempat gulungan kawat 2,5 cm dan tinggi 2 cm. Berapa jumlah gulungan atau banyaknya lilitan untuk kawat primer dan
sekunder.
Jawab :
O = 2,5 x 2
= 5 cm2
gpv = 50 / 5
= 10
Jadi untuk
gulung primer dibutuhkan sejumlah 220 x 10 = 2200 lilitan. Untuk gulungan
sekunder dibutuhkan 6 x 10 = 60 lilitan. Mengingat selalu adanya tenaga hilang
di tansformator jumlah lilitan digulungan sekunder ditambahkan 10% = 60 +6 = 66
lilitan.
Dengan
jumlah lilitan tersebut diatas maka bila gulung primer dihubungkan kepada
tegangan listrik jala – jala sebesar 220 V, gulungan sekundernya menghasilkan
tegangan sebesar 6 volt.
GARIS TENGAH
KAWAT
Garis tengah
atau tebal kawat tembaga menentukan kemampuan kawat dilalui arus listrik. Bila
listrik yang mengalir didalam kawat melebihi kemapuan dari kawat akan
mengakibatkan kawat menjadi panas dan jika arus yang melalluinya jauh lebih
besar dari kemampuan kawat , kawat akan terbakar dan putus.
Tabel garis
tengah kawat
Garis tengah atau tebal
kawat (mm)
|
Kemampuan dilalui
arus ( A )
|
0,1
|
0,016 –
0,024
|
0,15
|
0,035 –
0,053
|
0,2
|
0,063 –
0,094
|
0,25
|
0,098 –
0,147
|
0,3
|
0,141 –
0,212
|
0,35
|
0,190 –
0,289
|
0,4
|
0,251 –
0,377
|
0,45
|
0,318 –
0,477
|
0,5
|
0,390 –
0,588
|
0,6
|
0,566 –
0,849
|
0,7
|
0,770 –
1,16
|
0,8
|
1,01 –
1,51
|
0,9
|
1,27 –
1,91
|
1
|
1,57 –
2,36
|
1,5
|
3,53 – 5,3
|
2
|
6,28 –
9,42
|
2,5
|
9,82 –
14,73
|
3
|
14,14 –
21,20
|
3,5
|
19,24 –
28,86
|
4
|
25,14 –
37,71
|
Contoh 3:
Suatu alat
memakai alat tenaga listrik 400 Watt dipasang pada tegangan 20 V. Untuk
menghubungkan alat tersebut ke sumber aliran dibutuhkan kawat yang bergaris
tengah :
W = 400 Watt
E = 200 Volt
I = W/E I = 400/200 I = 2 Ampere
Agar mampu
dilewati arus sebesar 2 A dipakai kawat dengan ukuran garis tengah 1 mm.
Transformator jala-jala umumnya mempunyai gulungan yang bercabang guna
menyesuaikan
tegangan.
Contoh perencanaan mengulung trafo :
Perencanakan sebuah transformator jala-jala dengan data-data sebagai
berikut:
Teras besi yang dipergunakan
mempunyai lebar 2,5 Cm dan tinggi 2 Cm. Dikehendaki gulung primer untuk
dipasang pada tegangan 110 V atau 220 V dan gulung sekunder yang menghasilkan
tegangan 6 V dan 9 V, yang menghasilkan arus 500 mA.
Tentukan berapa jumlah gulung
primer dan gulung sekunder beserta cabang - cabangnya. Berapa ukuran tebal
kawat yang dibutuhkan.
Pemecahannya:
0 = 2,5 x 2 = 5 Cm2.
gpv = 50/5 = 10.
Jumlah gulungan primer untuk 110 V: 110 X 10 = 1100 lilitan
Jumlah gulung primer untuk 220 V: 220 X 10 = 2200 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 6 V: 6 X 10 = 60 lilitan + 10% = 66 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 9 V: 9 X 10 = 90 lilitan + 10% = 99 lilitan.
Cara menggulung
kawatnya untuk tegangan 110 V dan 220 V tidak digulung sendiri-sendiri, tetapi
cukup mencabang sebagai berikut: digulung dulu sebanyak 1100 lilitan untuk 110
V, kemudian ujung dari akhir gulungan disalurkan keluar sebagai cabang untuk
kemudian digulung lagi sebanyak 1100 lilitan lagi untuk tegangan 2200 V.
Demikian halnya
digulung sekunder: kawat digulung dulu sebesar 66 lilitan untuk tegangan 6 V
kemudian di cabang, untuk kemudian ditambah gulungan lagi sebesar 33 lilitan
buat tegangan 9 V.
Selanjutnya untuk menentukan tebal
atau diameter kawat digulung primer dan digulung sekunder dilakukan sebagai
berikut:
Tebal kawat sekunder:
Karena gulung sekunder telah ditentukan mempunyai
besar arus 500 mA diperlukan kawat yang mempunyai diameter 0,5 mm (dilihat di
daftar tebal kawat)
Tebal kawat primer:
Untuk menentukan tebal kawat untuk kawat gulungan
primer harus diketahui besar arus primer.
Besar arus primer: II = WL/EI
II = besar arus primer.
WL = tenaga digulung primer.
EI = tegangan primer.
Karena besar tegangan primer juga
belum diketahui, maka dapat ditentukan dengan memakai
RUMUS : W1 = 1,25 X W2 (rendemen dianggap 80%)
W1 = besar tegang digulung primer
W2 = besar tegangan digulung sekunder.
Besar tegangan sekunder W2 = E2 X 12.
W2 = tegangan sekunder.
E2 = tegangan sekunder.
Besar arus dan tegangan sekunder
telah diketahui yaitu: 9 V, 0,5 A. (500mA)
Besar tegangan sekunder : W2 = 0
X 0,5 = 4,5 Watt.
Besar tegangan primer : W1 = 1,25
X W2
= 1,25 X 4,5
= 5,625 Watt dibutuhkan 5,6 Watt.
Besar arus primer : I1 = W1/E1
I1 = 5,6/220
= 0,025 A = 25 mA.
Menurut daftar
tebal kawat primer untuk untuk 25 mA berukuran: 0,15 mm. Dari keterangan di
atas transformator yang direncanakan mempunyai ukuran-ukuran seperti dibawah
ini:
Jumlah gulung
primer untuk 110 V: 1100 lilitan, diberi cabang kemudian digulung lagi sebanyak
1100 lilitan, untuk 220 V.
Gulung sekunder
untuk 6 V: 66 lilitan, diberi cabang dan ditambah 33 lilitan untuk 9 V. Tebal
kawat 0,15 mm. Tebal kawat sekunder 0,5 mm.
Cara menggulung kawat trafo
dipraktek
dilkukan dengan melilitkan kawat secara merata syaf demi syaf. Antara syaf satu dengan yang lainnya diberi isolasi kertas tipis. Pembuatan
cabang dari lilitan dilakukan dengan membengkokkan kawat diluar lilitan, untuk
kemudian dilanjutkan manggulung lagi kawat sampai selesai.
Guna melakukan
itu semua pada lobang tempat gulungan dimasukkan sepotong kayu ukuran yang
sesuai yang pada kedua belah ujungintinya dimasukkan as dari logam yang
berhubungan dengan alat pemutar. (lihat gambar)
Apakah bagian
primer atau sekunder yang digulung terlebih dulu tidak menjadi soal karena
kedua akan memberi hasil yang sama.
Transformator
Transformator merupakan
suatu peralatan listrik yang digunakan untuk mengubah besaran tegangan arus listrik
bolak-balik (AC), seperti menaikkan atau menurunkan tegangan listrik (voltase).
Transformator bekerja berdasarkan prinsip fluks listrik dan magnet dimana
antara sisi sumber (primer) dan beban (sekunder) tidak terdapat hubungan secara
fisik tetapi secara elektromagnetik (induksi-elektromagnet).
Transformator
terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan
(lilitan kawat), yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Prinsip
kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday, yaitu :
arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat
menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada transformator
diberi arus bolak-balik (AC) maka jumlah garis gaya magnet akan berubah-ubah.
Akibatnya pada sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya
magnet dari sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder
juga timbul induksi, akibatnya antara dua ujung kumparan (lilitan) terdapat
beda tegangan
Dalam transformator terdapat perhitungan untuk menentukan jumlah
lilitan primer dan sekunder agar dapat dihasilkan keluaran dengan tegangan
rendah dan arus besar. Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
Np
= Jumlah lilitan primer
Ns
= Jumlah lilitan sekunder
Vp
= Tegangan Input (primer)
Vs
= Tegangan Output (sekunder)
Ip
= Arus primer (Input)
Is
= Arus Output (sekunder)
Jenis-jenis transformator
1. Step-Up
DC.Transformator step-up adalah transformator yang memiliki
lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi
sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga
listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi
yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.
Simbol transformator step-up
2. Step-Down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit
daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan.
Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
Simbol
transformator step-down
3. Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang
berlanjut secara listrik, dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini,
sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam
lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif
daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis
dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah
ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua
lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara
listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Simbol autotransformator
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik
tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
4. Autotransformator
variabel
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator
biasa yang sadapan tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan
primer-sekunder yang berubah-ubah
Simbol autotransformator variabel
5. Transformator
isolasi
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah
sama dengan lilitan primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan
primer. Tetapi pada beberapa desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih
banyak untuk mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi
sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis
ini telah banyak digantikan oleh kopling kapasitor.
6. Transformator
pulsa
Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus
untuk memberikan keluaran gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan
material inti yang cepat jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik
tertentu, fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada lilitan
sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator
hanya memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan
primer berbalik arah.
7. Transformator
tiga fasa
Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga transformator yang
dihubungkan secara khusus satu sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan
secara bintang (Y) dan lilitan sekunder dihubungkan secara delta (Δ).
8. Trafo penyesuai frekuensi
9. Trafo penyaring frekuensi
10. Trafo penyesuai impedansi
Kerugian dalam transformator
- Kerugian tembaga. Kerugian I2.R dalam lilitan
tembaga yang disebabkan oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang
mengalirinya.
- Kerugian kopling. Kerugian yang terjadi karena kopling
primer-sekunder tidak sempurna, sehingga tidak semua fluks magnet yang
diinduksikan primer memotong lilitan sekunder. Kerugian ini dapat
dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer
dan sekunder.
- Kerugian kapasitas liar. Kerugian yang disebabkan oleh
kapasitas liar yang terdapat pada lilitan-lilitan transformator. Kerugian
ini sangat mempengaruhi efisiensi transformator untuk frekuensi tinggi.
Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder
secara semi-acak (bank winding).
- Kerugian histeresis. Kerugian yang terjadi ketika arus primer
AC berbalik arah. Disebabkan karena inti transformator tidak dapat
mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika. Kerugian ini dapat
dikurangi dengan menggunakan material inti reluktansi rendah.
- Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri
arus bolak-balik, arus cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor.
Hal ini memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi
relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurang dengan menggunakan kawat
Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling
terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran
tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa.
- Kerugian arus eddy (arus olak). Kerugian yang disebabkan oleh
GGL masukan yang menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan
fluks magnet yang membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah,
terjadi olakan fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang
kalau digunakan inti berlapis-lapisan.
Pemeriksaan Transformator
Untuk mengetahui sebuah trafo masih bagus atau sudah rusak adalah
dengan menggunakan AVO meter. Caranya posisikan AVO meter pada posisi Ohm
meter, lalu cek lilitan primernya harus terhubung. Demikian juga lilitan
sekundernya juga harus terhubung. Sedangkan antara lilitan primer dan skunder
tidak boleh terhubung, jika terhubung maka trafo tersebut konslet (kecuali untuk
jenis trafo tertentu yang memang didesain khusus untuk pemakaian tertentu).
Begitu juga antara inti trafo dan lilitan primer/skunder tidak boleh terhubung,
jika terhubung maka trafo tersebut akan mengalami kebocoran arus jika
digunakan. Secara fisik trafo yang bagus adalah trafo yang memiliki inti trafo
yang rata dan rapat serta jika digunakan tidak bergetar, sehingga efisiensi
dayanya bagus. Dalam penggunaannya perhatikan baik2 tegangan kerja trafo, tiap
tep-nya biasanya ditulis tegangan kerjanya misalnya pada primernya 0V – 110V – 220V, untuk tegangan 220
volt gunakan tep 0V dan 220V, sedangkan untuk tegangan 110 volt gunakan 0V dan
110V, jangan sampai salah atau trafo kita bakal hangus! Dan pada skundernya
misalnya 0V – 3V – 6V – 12V dsb, gunakan 0V dan tegangan yang diperlukan. Ada juga
jenis trafo yang menggunakan CT (Center Tep) yang artinya adalah titik tengah.
Contoh misalnya 12V – CT – 12V,
artinya jika kita gunakan tep CT dan 12V maka besarnya tegangan adalah 12 volt,
tapi jika kita gunakan 12V dan 12V besarnya tegangan adalah 24 volt.
Komponen-Komponen Transformator / Trafo
1. Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk
mempermudah jalan fluksi, magnetik yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi,
untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus
pusar atau arus eddy (eddy current).
2. Kumparan
Transformator
Kumparan transformator
adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau
gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder
yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan
isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai
alat transformasi tegangan dan arus.
Transformator Ideal
Pada
transformator ideal, tidak ada energi yang diubah menjadi bentuk energi lain di
dalam transformator sehingga daya listrik pada kumparan skunder sama dengan
daya listrik pada kumparan primer. Atau dapat dikatakan efisiensi pada
transformator ideal adalah 100 persen. untuk transformator ideal berlaku
persamaan sebagai berikut :
Efisiensi Transformator
Efisiensi
transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik keluaran
dengan daya listrik yang masuk pada transformator. Pada transformator ideal
efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya efisiensi tranformator selalu
kurang dari 100 %.hal ini karena sebagian energi terbuang menjadi panas atau
energi bunyi.
Efisiensi
transformator dapat dihitung dengan :
Transmisi
Listrik Jarak Jauh
Pusat pembangkit listrik biasanya terletak jauh dari pemukiman
atau pelanggan. Sehingga listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik perlu
ditransmisikan dengan jarak yang cukup jauh. Transmisi energi listrik jarak
jauh dilakukan dengan menggunakan tegangan tinggi, dengan alasan sebagai
berikut:
- Bila
tegangan dibuat tinggi maka arus listriknya menjadi kecil.
- Dengan arus listrik yang kecil maka energi yang hilang pada
kawat transmisi (energi disipasi) juga kecil.
- Juga dengan arus kecil cukup digunakan kawat berpenampang
relatif lebih kecil, sehingga lebih ekonomis.
Energi listrik atau daya listrik yang hilang pada kawat transmisi
jarak jauh dapat dihitung dengan persamaan energi dan daya listrik sebagai
berikut:
W = energi
listrik (joule)
I = kuat arus listrik (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu
P = daya listrik (watt)
Transmisi energi listrik jarak jauh menggunakan tegangan tinggi
akan mengurangi kerugian kehilangan energi listrik selama transmisi oleh
disipasi.
Contoh Soal :
Contoh
cara menghitung jumlah lilitan sekunder :
Untuk menyalakan lampu 10 volt dengan tegangan listrik dari PLN
220 volt digunakan transformator step down. Jika jumlah lilitan primer
transformator 1.100 lilitan, berapakah jumlah lilitan pada kumparan sekundernya
?
Penyelesaian :
Diketahui : Vp = 220 V
Vs = 10 V
Np = 1100 lilitan
Ditanyakan : Ns = ………… ?
Jawab :
Jadi, banyaknya lilitan sekunder
adalah 50 lilitan.
Contoh cara menghitung arus listrik sekunder dan
arus listrik primer :
Sebuah transformator
step down mempunyai jumlah lilitan primer 1000 dan lilitan sekunder 200,
digunakan untuk menyalakan lampu 12 V, 48 W.
Tentukan :
a. arus listrik sekunder
b. arus listrik primer
Penyelesaian :
Diketahui: Np = 1000 lilitan
Ns = 200 Lilitan
Vp = 12 V
Ps = 48 W
Ditanyakan :
a. Is = ……….. ?
b. Ip = ……….. ?
Jawab :
P = I . V
Jadi, kuat arus sekunder adalah 4 A
Jadi, kuat arus sekunder adalah 0,8 A
Contoh cara menghitung daya transformator :
Sebuah transformator mempunyai efisiensi 80%. Jika lilitan primer
dihubungkan dengan tegangan 200 V dan mengalir kuat arus listrik 5 A,
Tentukan:
a. daya primer,
b. daya sekunder
Penyelesaian :
Diketahui :
Ditanyakan :
a. Pp = ……….. ?
b. Ps = ……….. ?
Jawab
:
Jadi, daya primer transformator 1000 watt.
Jadi, daya
sekunder transformator 800 watt.
Daya listrik 2 MW ditransmisikan sampai jarak tertentu melalui
kabel berhambatan 0,01 ohm. Hitung daya listrik yang hilang oleh transmisi
tersebut, jika:
- menggunakan
tegangan 200 Volt,
- menggunakan
tegangan 400 kiloVolt ?
Penyelesaian:
Diketahui:
P = 2 MW =
2.106 watt
R = 0,01 ohm
Ditanyakan:
a. P(hilang)
pada tegangan 200 Volt = ……….?
b. P(hilang)
pada tegangan V= 4.105 volt = ……….?
Jadi, energi
yang hilang di perjalanan setiap detiknya 106 watt. Nilai ini sangat besar
karena setengah dayanya akan hilang.
Jadi,
energi yang hilang di perjalanan setiap detiknya hanya 0,25 watt
Contoh Soal
1. Sebuah trafo memiliki perbandingan lilitan 10 : 2 dihubungkan ke
sumber listrik 100V untuk menyalakan sebuah lampu 25 W. Hitunglah tegangan
listrik yang diserap oleh lampu dan kuat arus yang masuk kedalam trafo
Jawab :
Diket: Np:Ns = 10 : 2
Vp = 100 V
Ps = 25 W
Dit. Vs = …
Ip = …
Jawab:
Np : Ns = Vp : Vs
10 : 2 = 100 : Vs
Vs = 20 V
|
Pp = Ps
Vp . Ip = Ps
100 . Ip = 25
Ip = 0,25 A
|
2. Sebuah trafo memiliki perbandingan lilitan kumparan 10:1
dihubung-kan ke listrik 100 V untuk menyalakan sebuah lampu 7,5 W. Jika
efisiensi trafo 75 %, berapakah arus listrik pada kumparan primer?
Diket: Np : Ns = 10:1
Vp = 100 V
Ps = 7,5W
η = 75%
Dit Ip = …
Jawab:
η = (Ps/Pp)X100 %
75 % = 7,5/Pp X 100%
0,75 = 7,5/Pp
Pp = 7,7/0,75 = 10 W
|
Pp = Vp . Ip
10 = 100 . Ip
Ip = 0,1 A
|
PERENCANAAN
PENGGULUNGAN TRANSFORMATOR
Bahan–bahan yang diperlukan untuk menggulung
suatu transformator antara lain :
a. Kern
Kern atau
teras besi lunak yang terbentuk dari kumparan besi lunak yang mengandung
silicon yang berbentuk seperti :
huruf E
dan I
b.
Koker
Koker
atau rumah atau tempat mengulung kumparan primer dan sekunder
c.
Kawat email
Kawat
email yang terbuat dari tembaga yang dilapiskan bahan isolasi yang tahan panas.
Penentuan Gulungan atau volt
Pada system penggulungan trafo, biasa terjadi penyimpangan
kerugian. Seperti kerugian kawat email dan kerugian
panas
tidak diperhitungkan. Kerugian seperti ini sekitar 20% sampai 30% dari tembaga
gulunganPrimer.
Apabila
kita ingin merencanakan gulungan sekunder 100 watt, maka tenaga primer harus
lebih 20% sampai 25% dari tenaga sekunder. Yang harus selalu diingat bahwa
setiap kali tegangan gulungan sekunder diberi beban tegangannya akan turun.
Keterangan
:
I2 = arus
yang mengalir ke beban
E1 =
tegangan gulungan primer dari PLN
E2 =
tegangan gulungan sekunder
Di
negara kita tegangan listrik berfrekuensi sekitar 50 sampai 60 circle/second.
Oleh sebab itu untuk menghitung gulungan pervolt kita dapat memakai rumus :
Circle
per second x 1 gulungan
Keliling
besi kern untuk koker
Untuk
menghindarkan panasnya transformator tenaga kita dapat memakai standar 56
circle/second sebagai dasar perhitungan. Jadi rumus perhitungan jumlah gulungan
per volt :
56 x 1
gulungan
Keliling
besi kern untuk koker
GULUNG PER VOLT
Yang dimaksud dengan gulungan per volt yaitu sejumlah gulungan
kawat yang disesuaikan untuk tegangan sebesar 1 Volt. Untuk
menetapkan besar jumlah gulung per volt dipakai ketentuan :
Rumus
:
gpv = f / O
Dimana
Gpv =
jumlah gulung per volt
f =
frekuensi listrik (50 Hz)
O = luas
irisan teras diukur dengan cm2. (hasil kali dari lebar dan tinggi tempat
gulungan
Contoh 1 :
Sebuah
tempat gulung kawat transformator mempunyai ukuran lebar 2,5 cm dan tinggi 2
cm. Besar jumlah gulungan per volt ?
Jawab
:
gpv = f / O
f = 50
Hz
O =
2,5 x 2 = 5 Cm2
gpv =
50 / 5
= 10
gulung / volt
(setiap 10 lilitan kawat berlaku untuk
tegangan sebesar 1 volt)
Contoh 2 :
Dibutuhkan sebuah transformator dengan tegangan 220 V untuk gulung
primer dan tegangan 6 V digulungan sekundernya, lebar tempat gulungan kawat 2,5
cm dan tinggi 2 cm. Berapa jumlah gulungan atau banyaknya lilitan untuk
kawatprimer dan sekunder.
Jawab :
O =
2,5 x 2 = 5 cm2
gpv = 50
/ 5 = 10
Jadi untuk gulung primer dibutuhkan sejumlah 220 x 10 = 2200
lilitan. Untuk gulungan sekunder dibutuhkan 6 x 10 = 60 lilitan. Mengingat
selalu adanya tenaga hilang di tansformator jumlah lilitan digulungan sekunder
ditambahkan 10% = 60 +6 = 66 lilitan.
Dengan jumlah lilitan tersebut diatas, maka bila gulung primer
dihubungkan kepada tegangan listrik jala–jala sebesar 220 V, gulungan
sekundernya menghasilkan tegangan sebesar 6 volt.
GARIS
TENGAH KAWAT
Garis tengah atau tebal kawat tembaga menentukan kemampuan kawat
dilalui arus listrik. Bila listrik yang mengalir di dalam kawat melebihi
kemapuan dari kawat, maka akan mengakibatkan kawat menjadi panas dan jika arus
yang melaluinya jauh lebih besar dari kemampuan kawat, kawat akan terbakar dan
putus.
Contoh 3
Suatu alat memakai tenaga listrik 400 Watt dipasang pada tegangan
20 V. Berapa garis tengah kawat yang dibutuhkan untuk menghubungkan alat
tersebut ke sumber aliran?
W = 400 Watt
E = 200
Volt
I = W/E I
= 400/200 I = 2 Ampere
Agar
mampu dilewati arus sebesar 2 A dipakai kawat dengan ukuran garis tengah 1 mm.
Transformator jala-jala umumnya mempunyai gulungan yang bercabang guna
menyesuaikan tegangan.
Contoh perencanaan mengulung trafo
Perencanakan
sebuah transformator jala-jala dengan data-data sebagai berikut :
Teras besi yang dipergunakan mempunyai lebar 2,5 cm dan tinggi 2
cm. Dikehendaki gulungan primer untuk dipasang pada tegangan 110 V atau 220 V
dan gulungan sekunder yang menghasilkan tegangan 6 V dan 9 V, yang menghasilkan
arus 500 mA.
Tentukan
berapa jumlah gulung primer dan gulung sekunder beserta cabang-cabangnya.
Berapa ukuran tebal kawat yang dibutuhkan.
Pemecahannya:
0 =
2,5 x 2 = 5 Cm2
gpv =
50/5 = 10
Jumlah
gulungan primer untuk 110 V : 110 X 10 = 1100 lilitan
Jumlah
gulung primer untuk 220 V : 220 X 10 = 2200 lilitan.
Jumlah
gulungan sekunder untuk 6 V : 6 X 10 = 60 lilitan + 10% = 66 lilitan.
Jumlah
gulungan sekunder untuk 9 V : 9 X 10 = 90 lilitan + 10% = 99 lilitan.
Cara
menggulung kawatnya untuk tegangan 110 V dan 220 V tidak digulung
sendiri-sendiri, tetapi cukup mencabang sebagai berikut:
Digulung dulu sebanyak 1100 lilitan untuk 110 V, kemudian ujung
dari akhir gulungan disalurkan keluar sebagai cabang untuk kemudian digulung
lagi sebanyak 1100 lilitan lagi untuk tegangan 2200 V.
Demikian
halnya pada gulungan sekunder: kawat digulung dulu sebesar 66 lilitan untuk
tegangan 6 V kemudian di cabang, untuk kemudian ditambah gulungan lagi sebesar
33 lilitan buat tegangan 9 V.
Selanjutnya untuk menentukan tebal atau diameter kawat digulung
primer dan digulung sekunder dilakukan sebagai berikut:
Tebal kawat sekunder :
Karena
gulung sekunder telah ditentukan mempunyai besar arus 500 mA, diperlukan kawat
yang mempunyai diameter 0,5 mm (dilihat di daftar tebal kawat)
Tebal
kawat primer :
Untuk
menentukan tebal kawat untuk kawat gulungan primer harus diketahui besar arus
primer .
Besar
arus primer: II = WL/EI
Dimana
:
II =
besar arus primer.
WL =
tenaga digulung primer.
EI =
tegangan primer.
Karena besar tegangan primer juga belum diketahui, maka dapat
ditentukan dengan memakai rumus :
W1 = 1,25 x W2 (rendemen dianggap 80%)
W1 =
besar tegang digulung primer
W2 =
besar tegangan digulung sekunder.
Besar
tegangan sekunder W2 = E2 X 12.
W2 =
tegangan sekunder.
E2 =
tegangan sekunder.
Besar
arus dan tegangan sekunder telah diketahui yaitu: 9 V, 0,5 A. (500mA)
Besar
tegangan sekunder : W2 = 0 X 0,5 = 4,5 Watt
Besar
tegangan primer : W1 = 1,25 X W2
= 1,25
X 4,5
=
5,625 Watt dibutuhkan 5,6 Watt
Besar
arus primer : I1 = W1/E1
I1 =
5,6/220
=
0,025 A = 25 mA.
Menurut daftar tebal kawat primer untuk untuk 25 mA berukuran:
0,15 mm. Dari keterangan di atas transformator yang direncanakan mempunyai
ukuran-ukuran seperti dibawah ini:
Jumlah
gulung primer untuk 110 V : 1100 lilitan, diberi cabang kemudian digulung lagi
sebanyak 1100 lilitan, untuk 220 V.
Gulung sekunder untuk 6 V : 66 lilitan, diberi cabang dan ditambah
33 lilitan untuk 9 V. Tebal kawat 0,15 mm. Tebal kawat sekunder 0,5 mm.
Cara menggulung kawat trafo dilakukan dengan melilitkan kawat
secara merata syaf demi syaf. Antara syaf satu dengan yang lainnya diberi
isolasi kertas tipis. Pembuatan cabang dari lilitan dilakukan dengan
membengkokkan kawat diluar lilitan, untuk kemudian dilanjutkan manggulung lagi
kawat sampai selesai.
Guna melakukan itu semua, pada lobang tempat gulungan dimasukkan
sepotong kayu ukuran yang sesuai yang pada kedua belah ujung intinya dimasukkan
as dari logam yang berhubungan dengan alat pemutar.
Apakah bagian primer atau sekunder yang digulung terlebih dulu
tidak menjadi soal karena keduanya akan memberikan hasil yang sama.
RUMUS TRANSFORMATOR
1. Rumus menentukan jumlah lilitan :
gpv= F/O
Keterangan :
Gpv = Gulung/lilit per volt
F = frequensi
O = luas penampang (Luas penampang adalah hasil pengkalian lebar koker x tinggi
koker)
karena yang akan di buat trafo yang bentuknya O (bulat) maka ada rumus
tersendiri untuk menentukan teras besi atau luas penampang
Rumus :
CA=((OD-ID)/2))*H
Keterangan :
CA = Core area
OD = Diameter luar
ID = Diameter dalam
H=tinggi Core
2. Cara menentukan diameter kawat primer :
Rumus :
I = W/E
Keterangan :
I = besar arus primer
E = Tegangan Primer
W = Tegangan di gulungan primer
Namun apabila kita akan membuat trafo dari keren kosong yang tidak jelas
data-datanya, kita tidak bisa langsung menghitung dengan rumus tersebut akan
tetapi menggunakan rumus lainnya, yakni :
Rumus :
W1 = 1,25 x W2
Keterangan :
W1 = Daya primer pada gulungan
W2= Daya sekunder pada gulungan
Untuk menghitung daya pada sekunder maka kita akan menggunakan rumus :
Rumus :
W2 = E2 x I2
Keterangan :
W2 = Daya sekunder
E2 = Tegangan sekunder
I2 = Arus sekunder
Contoh soal :
Sebuah inti besi (kern) berdiameter 9,5 cm diameter luarnya, sedangkan diameter
dalam adalah 5,3 cm, tinggi 6 cm. Jika inti besi itu di buat trafo 12 volt, 10
Ampere maka berapakah jumlah lilitan primer dan memakai email drad yang
berapakah untuk lilitan primer ?
Jawab :
Diketahui :
OD = 9,5 Cm
ID = 5,3 Cm
H = 6 Cm
Maka :
CA = ((OD – ID)/2))xH
CA = (( 9,5 – 5,3)/2))x6
CA = 12,6
Maka luas inti besinya adalah : 12,6 Cm
Gpv = F/O
Gpv = 50/12,6
Gpv = 3,9
Maka jumlah lilitan per voltnya adalah : 3,9 yang dibulatkan menjadi 4
Jadi :
Untuk mendapatkan tegangan 1 Volt dibutuhkan 3,9 lilit 9dibulatkan menjadi 4)
Untuk mengetahui berapa lilit agar menjadi 220v tinggal kalikan saja 4 x 220 =
880 lilit
Jumlah lilitan untuk primer telah diketahui, tinggal kita menghitung untuk
diameter kawat yang dibutuhkan.
Diketahui :
E2 = 12 Volt
I2 = 10 Ampere
Maka :
W2 = E2 x I2
W2 = 12 x 10
W2 = 120 watt
Maka daya sekunder adalah 120 Watt
W1 = 1,25 x W2
W1 = 1,25 x 120
W1 = 150 Watt
Maka daya primernya 150 Watt
I1 = W1/E1
I1= 150/220
I1 = 0,68
Maka Arus primer adalah 0,68 Ampere
Setelah arus di ketahui maka kita tinggal lihat tabel kawat email drad kita
bisa menggunakan kawat F 0,6mm atau F 0,7mm untuk lilitan primer.
Konstruksi Transformator
Transformator sering juga disebut trafo memiliki konstruksi dan simbol
seperti pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1
konstruksi dan simbol transformator
Keterangan dari gambar 1 :
N
P : jumlah lilitan primer
N
S : jumlah lilitan sekunder
V
P : tegangan primer
V
S : tegangan sekunder
Sebuah trafo terdiri dari kumparan dan inti besi. Biasanya terdapat 2 buah
kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kedua kumparan ini tidak
berhubungan secara fisik tetapi dihubungkan oleh medan magnet. Untuk
meningkatkan induksi magnetik antara 2 kumparan maka ditambahkan inti besi
seperti pada gambar 1.
Inti besi pada trafo dibedanya
menjadi 2 macam yaitu :
1. 1. Inti
besi tipe Shell (Shell Core Transformator)
2. 2. Inti besi tipe tertutup (Closed Core Transformator)
Kedua jenis inti besi ini dapat
dilihat seperti pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2
inti trafo
Pada trafo dengan inti besi berbentuk
shell, kumparan dikelilingi oleh inti besi. Fluks magnetik pada inti besi tipe
shell akan terbelah dua (lihat gambar 2). Sementara kumparan primer dan
kumparan sekunder digulung bersamaan. Untuk trafo yang memiliki inti besi tipe
tertutup. Tidak ada pembagian fluk magnetik. Kumparan primer dan kumparan
sekunder terpisah dan dihubungkan dengan inti besi.
Inti besi trafo tidak dibuat berbentuk
besi tunggal, tetapi dibuat dari pelat besi yang berlapis – lapis. Bentuk lapisan
pelat besi pada inti trafo dapat dilihat seperti pada gambar 3 berikut ini.
Gambar 3
inti besi berlapis pada trafo
Cara menghubungkan lapisan inti besi juga
bermacam-macam. Beberapa cara yang umum digunakan dapat dilihat seperti pada
gambar 4 berikut ini.
Gambar 4
cara menghubungkan lapisan inti besi pada trafo
Mengapa inti besi sebuah trafo harus dibuat berlapis-lapis?.
Untuk menjawab pertanyaan ini , kita terlebih dahulu harus mempelajari
rugi-rugi yang terjadi pada inti besi. Rugi – rugi yang terjadi pada inti besi
disebut “
iron losses “ (rugi-rugi besi). Kerugian pada inti besi terdiri
dari :
1.
Hysterisis losses (rugi-rugi histerisis)
Kerugian histerisis disebabkan oleh gesekan molekul yang melawan aliran gaya
magnet di dalam inti besi. Gesekan molekul dalam inti besi ini menimbulkan
panas. Panas yang timbul ini menunjukan kerugian energi, karena sebagian kecil
energi listrik tidak dipindahkan , tetapi diubah bentuk menjadi energi panas.
Panas yang tinggi juga dapat merusak trafo ,sehingga pada trafo – trafo
transmisi daya listrik ukuran besar, harus didinginkan dengan media pendingin.
Umumnya digunakan minyak khusus untuk mendinginkan trafo ini.
Sebuah trafo didesain untuk bekerja pada rentang frekuensi tertentu.
Menurunnya frekuensi arus listrik dapat menyebabkan meningkatnya rugi-rugi
histerisis dan menurunkan kapasitas (VA) trafo.
2. Kerugian karena Eddy current (
eddy current losses)
Kerugian karena Eddy current disebabkan oleh aliran sirkulasi arus yang
menginduksi logam. Ini disebabkan oleh aliran fluk magnetik disekitar inti
besi. Karena inti besi trafo terbuat dari konduktor (umumnya besi lunak), maka
arus Eddy yang menginduksi inti besi akan semakin besar. Eddy current dapat
menyebabkan kerugian daya pada sebuah trafo karena pada saat terjadi induksi
arus listrik pada inti besi, maka sejumlah energi listrik akan diubah menjadi
panas. Ini merupakan kerugian.
Untuk mengurangi arus Eddy, maka inti besi trafo dibuat berlapis-lapis,
tujuannya untuk memecah induksi arus Eddy yang terbentuk di dalam inti besi.
Perbedaan induksi arus Eddy di dalam inti besi tunggal dengan inti besi
berlapis dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.
Gambar 5
Inti besi utuh dan inti besi berlapis
3. Rugi-rugi tembaga (
copper losses)
Rugi – rugi yang ketiga adalah
rugi-rugi tembaga (copper
losses). Rugi-rugi tembag terjadi di kedua kumparan. Kumparan
primer atau sekunder dibuat dari gulungan kawat tembaga yang dilapisi oleh
isolator tipis yang disebut enamel. Umumnya kumparan dibuat dari gulungan kawat
yang cukup panjang. Gulungan kawat yang panjang ini akan meningkatkan hambatan
dalam kumparan. Pada saat trafo dialiri arus listrik maka hambatan kumparan ini
akan mengubah sejumlah kecil arus listrik menjadi panas yaitu sebesar (i2R).
Semakin besar harga R maka semakin besar pula energi panas yang timbul di dalam
kumparan. Mutu kawat yang bagus dengan nilai hambatan jenis yang kecil dapat
mengurangi rugi – rugi tembaga.
Sebuah trafo yang ideal diasumsikan:
- Tidak
terjadi rugi-rugi hysterisis
- Tidak
terjadi induksi arus Eddy
- Hambatan
dalam kumparan = 0, akibatnya tidak ada rugi-rugi tembaga
Gulungan kawat pada kumparan trafo
Menggulung kawat pada kumparan trafo
tidak dilakukan dengan sembarangan, tetapi mengikuti aturan tertentu. Pada
trafo fase tunggal, terdapat 2 gulungan kumparan, yaitu gulungan pada kumparan
primer yang terhubung langsung ke sumber arus listrik dan gulungan kumparan
sekunder yang terhubung langsung ke beban. Perbandingan jumlah gulungan antara
kumparan primer dan kumparan sekunder akan menentukan jenis trafo, apakah jenis
step-up atau step-down. Bila gulungan kawat pada kumparan primer lebih banyak
dibandingkan dengan gulungan kawat pada kumparan sekunder maka trafo akan
berfungsi sebagai penurun tegangan atau step-down trafo. Sebaliknya jika
gulungan kawat pada kumparan sekunder lebih banyak dari pada gulungan kawat
pada kumparan primer, maka trafo akan berfungsi untuk menaikan tegangan atau
step-up trafo.
Jenis material kawat yang banyak
digunakan untuk membuat kumparan adalah kawat tembaga. Kawat tembaga memiliki
konduktivitas listrik yang bagus, tetapi memiliki berat yang besar. Untuk
mengurangi berat transformator, sering juga digunakan jenis kawat aluminium.
Kawat dengan bahan dasar aluminium memiliki berat jenis yang kecil, tetapi
kawat ini tidak tahan terhadap panas dan konduktivitasnya masih lebih kecil
dibandingkan dengan tembaga.
Satu hal yang penting dalam menggulung
kumparan trafo adalah arah gulungan (orientasi titik). Kumparan primer dan
kumparan sekunder dapat digulung searah, tetapi dapat juga digulung berlawanan
arah. Hal ini akan berpengaruh ke fasa arus listrik. Apabila kumparan primer
dan kumparan sekunder digulung searah, maka fasa arus listrik pada kumparan
primer akan sama dengan fasa arus listrik pada kumparan sekunder. Sebaliknya
apabila arah gulungan kumparan primer dan sekunder berlawanan arah, maka fasa
arus listrik pada kumparan primer akan berlawanan dengan fasa arus listrik pada
kumparan sekunder. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.
Gambar 6
gulungan searah dan gulungan berlawanan
Trafo dapat digunakan untuk menaikan atau menurunkan tegangan. Trafo yang
digunakan untuk menaikan tegangan disebut trafo step – up sedangkan trafo yang
digunakan untuk menurunkan tegangan disebut trafo step-down. Pada trafo step –
up tegangan pada sisi sekunder akan lebih tinggi dari tegangan pada sisi primer
sebaliknya pada trafo step down tegangan sisi sekunder akan lebih rendah dari
tegangan pada sisi primer. Selain trafo step-up dan trafo step –down juga ada
trafo impedansi. Trafo impedansi tidak menaikan atau menurunkan tegangan,
tetapi digunakan untuk menyesuaikan impedansi suatu rangkaian listrik atau
dapat juga digunakan sebagai beban dan filter terhadap medan magnet.
Tegangan pada sisi primer (Vp)
dan tegangan sekunder (Vs) ditentukan oleh jumlah lilitan kawat pada
kumparan primer dan sekunder. Perbandingan antara lilitan kawat pada kumparan
primer (Np) dan lilitan kawat pada kumparan sekunder (Ns)
disebut rasio lilitan (n). Sedangkan perbandingan antara tegangan primer (Vp)
dengan tegangan sekunder (Vs) disebut rasio tegangan. Besar rasio
tegangan dengan rasio lilitan harus sama. Sehingga secara matematis dapat
ditulis :
Persamaan 1 berlaku bila fluks medan
magnet primerdan fluks medan magnet sekunder sama. Rasio lilitan merupakan
salah satu faktor penting dalam mendesain dan membuat trafo.
Contoh 1
Sebuah trafo memiliki jumlah lilitan
kumparan primer 1500 dan jumlah lilitan pada kumparan sekunder 500 hitunglah
berapa rasio lilitan trafo tersebut. Bila pada sisi primer diberi tegangan
listrik AC 300 V, hitunglah tegangan pada sisi sekunder bila fluks magnet
primer dan sekunder sama.
Jawab
Bila fluks medan magnet pada sisi primer
dan sekunder sama, maka berlaku:
Cara kerja transfromator
Gambar 7
fluks medan magnet pada inti besi
Pada trafo kumparan primer dan kumparan sekunder tidak berhubungan
sama sekali, jadi bagaimana daya listrik dapat berpindah dari primer ke
sekunder?.
Penghubung antara kumparan primer dan
kumparan sekunder adalah fluks medan magnet. Ketika kumparan primer dialiri
arus listrik AC, maka pada kumparan primer akan timbul medan magnet
disekelilingnya yang disebut mutual induktansi. Mutual induktansi ini bekerja
menurut hukum Faraday tentang induksi magnet pada kawat yang dialiri arus
listrik. Kuat medan magnet berubah dari nol hingga maksimum yang dinyatakan
dengan
Garis gaya magnet ini keluar dari kumparan primer dan diarahkan oleh inti
besi. Fluk magnetik ini berputar di dalam inti besi seperti pada gambar 2.
Fluks medan magnet berubah naik dan turun sesuai dengan sumber arus AC yang
diberikan.
Besar medan magnet yang diinduksikan ke inti besi ditentukan oleh besarnya
arus listrik dan jumlah lilitan kumparan. Semakin besar lilitan kumparan dan
semakin besar arus listrik yang mengalir, maka semakin besar juga fluks medan
magnet yang diinduksikan ke inti besi.
Ketika medan magnet ini memotong atau masuk ke kumparan sekunder, maka pada
kumparan sekunder akan timbul gaya gerak listrik yang disebut tegangan induksi.
Besar tegangan induksi ditentukan menurut hukum faraday yaitu :
Tegangan induksi ini tidak mengubah frekuensi, sehingga frekuensi pada
kumparan primer akan sama dengan frekuensi pada kumparan sekunder.
Bila kira mempunyai sebuah trafo dengan 1 lilitan tunggal pada kumparan
primer dan demikian juga dengan kumparan sekunder. Jika tegangan 1 volt
diberikan pada kumparan primer dan diasumsikan tidak ada kerugian, arus listrik
yang mengalir cukup untuk membangkitkan fluks medan magnet dan menghasilkan
tegangan induksi sebesar 1 volt pada 1 lilitan di kumparan sekunder. Ini yang
disebut dengan besar tegangan per lilitan.
Jika fluk medan magnet bervariasi sebesar Φ = Φ
max
sinωt, maka hubungan antara induksi emf, (E) dan N diberikan :
Tegangan maksimum jika Cos(wt) = 1, atau
Tegangan rms (rms =
root mean square) adalah :
Persamaan ini dikenal dengan nama
transformer EMF equation. Untuk
kumparan primer maka digunakan N
P dan untuk kumparan sekunder
digunakan Ns. Trafo tidak dapat bekerja pada arus DC, karena arus DC tidak
menimbulkan fluk medan magnet.
Contoh 2
Sebuah trafo mempunyai 480 lilitan pada kumparan primer dan 90 lilitan pada
kumparan sekunder. Fluk magnet maksimum sebesar 1,1 Tesla pada tegangan 2000
Volt dengan frekuensi 50 Hz, hitunglah :
- Fluks
maksimum di inti besi
- Luas
penampang inti
- Induksi
emf sekunder
Jawab :
Fluks maksimum di inti besi
Luas
penampang inti
Induksi
emd sekunder
Daya Transformator
Daya trafo dinyatakan dalam satuan VA (Volt-Ampere). Untuk ukuran yang lebih
besar dinyatakan dalam satuan kVA (kiloVolt-ampere). Pada trafo yang ideal,
daya yang diberikan pada kumparan primer akan seluruhnya dipindahkan ke
kumparan sekunder tanpa rugi-rugi. Trafo ideal tidak mengubah daya yang
diberikan, hanya mengubah tegangan. Trafo hanya dapat menaikkan atau menurunkan
tegangan tetapi tidak dapat menaikan daya listrik. Secara matematis, daya
sebuah trafo dapat dituliskan :
Dimana θp dan θs
adalah fase pada primer dan sekunder.
Efisiensi transformator
Sebuah trafo tidak membutuhkan bagian
yang bergerak untuk memindahkan energi dari kumparan primer ke kumparan
sekunder. Ini berarti tidak ada kerugian karena gesekan atau hambatan udara
seperti yang terdapat pada mesin – mesin listrik (contoh motor listrik dan
generator). Namun di dalam trafo juga terdapat kerugian yang disebut rugi-rugi
tembaga (copper losses) dan rugi-rugi besi (iron losses).
Rugi-rugi tembaga terdapat pada kumparan primer dan kumparan sekunder,
sedangkan rugi-rugi besi terdapat dalam inti besi. Rugi-rugi ini berupa panas
yang dilepaskan akibat terjadinya Eddy current. Tetapi rugi-rugi ini
sangat kecil. Efisiensi sebuah trafo dapat dihitung dengan membandingkan daya
yang dikeluarkan di kumparan sekunder dengan daya yang diberikan pada kumparan
primer.
Sebuah trafo ideal akan memiliki
efisiensi sebesar 100 %. Artinya semua daya yang diberikan pada kumparan primer
dipindahkan ke kumparan sekunder tanpa ada kerugian. Sebuah trafo yang real
memiliki efisiensi di bawah 100% dan pada saat beban penuh (full load)
efisiensi trafo berkisar pada harga 94 – 96%. Untuk trafo yang bekerja pada
tegangan dan frekuensi yang konstan, efisiensi trafo dapat mencapai 98%.
Efisiensi trafo dapat dinyatakan :
Transformator dengan banyak kumparan
Pada pembahasan sebelumnya kita hanya melihat trafo dengan 2 kumparan, yaitu
1 kumparan primer dan 1 kumparan sekunder. Tetapi, trafo dapat dibuat dengan
banyak kumparan, baik pada kumparan primer maupun pada kumparan sekunder. Trafo
dengan banyak kumparan disebut
multiple winding transformer.
Prinsip kerja trafo dengan banyak kumparan sama dengan trafo dengan 2
kumparan. Perhitungan tegangan primer, tegangan sekunder, jumlah lilitan primer
dan jumlah lilitan sekunder serta arah lilitan sama dengan perhitungan pada
trafo dengan 2 kumparan. Hal yang perlu diperhatikan adalah polaritas tegangan
pada kumparan, baik kumparan primer maupun kumparan sekunder. Gambar 7
menunjukan skema trafo dengan banyak kumparan.
Gambar 10 dan gambar 11 menunjukan 2 macam trafo step – down yang banyak
digunakan pada saat ini. Gambar 10 menunjukan jenis trafo CT dan gambar 11
menunjukan jenis trafo engkel. Trafo engkel adalah sebutan untuk trafo standar
yang memiliki 1 kumparan primer dan 1 kumparan sekunder.
Gambar 10 contoh trafo engkel
Gambar 11 contoh trafo CT
Gulung Ulang Trafo Untuk Power 2.1
Sudah lama subwoofer Legacy
6" ku nganggur, padahal dah dibikinin boks, tinggal bikin powernya.
Akhirnya kepikiran dibikin system 2.1 saja, dengan satu blok power di subwoofer
dan 2 channel output buat satelit kiri dan kanan.
Yang perlu disiapin pertama
trafonya, keinget punya trafo tulisannya sih 5A, tapi dari dimensinya aja
keliatan banget kalau itu cuman abal2. Tegangan paling tinggi 32V CT, padahal
aku butuhnya paling cuman 22V CT buat supply TDA7294 mono buat ngangkat
subwoofernya, jadi banyak lilitan yang gak kepake. Liat kawatnya juga kecil
banget masa 5A diameter kawat cuma 0,8mm preeettt.....
Daripada eneg ngeliatnya mending
gw bongkar aja trafonya dan gulung ulang. Rencana mau dibikin 3 keluaran
sekunder (multi sekunder) sebagai berikut:
- 22V CT ;
2A buat power TDA7294 mono (drive subwoofer Legacy 6")
- 16V CT ;
2A buat power LM1875 atau TDA2030 stereo (satelit R + L)
- 9V ;
300mA buat kipas pendingin
Pertama bongkar trafo,
hati-hati agar kern tidak cacat karena nanti dipakai lagi.
Mulai itung2an deh yang bikin kepala puyeng (teorinya
disini).
Kali ini itungan agak beda dari ngerencanain trafo biasanya, disini kita sudah
punya ukuran inti besinya jadi kita tinggal cari daya primer dan sekundernya
lalu disesuaikan dengan daya maksimal yang bisa dihasilkan dari inti besi yang
kita punya.
Karena kita mau bikin trafo multi sekunder maka daya sekunder adalah total dari
penjumlahan semua daya keluaran sekunder
Ps = ( 2 x 22 x 2 ) + ( 2 x 16 x 2 ) + ( 9 x 0,3 )
= 88 + 64 + 2,7
= 154,7 VA
Pp = 1,1 x 154,7
= 170,17 VA kita bulatkan saja 170
VA
Ukuran kern / inti besi yang kita punya panjang b = 3,2 cm dan lebar h = 4,1 cm
sehingga
Aeff = 3,2 x 4,1
= 13,12 cm
2
Daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh inti trafo = Aeff
2 = 13,12
2
= 172,13
Jadi kita masih punya sisa daya sekitar 2 VA, lumayan buat cadangan
heheheheheh.
Diameter kawat yang kita pakai
d
s1
= 0,7 x
√ Is1
= 0,7 x
√ 2
= 0,98 mm , kita pakai AWG 18 diameter 1 mm
d
s2
= d
s1 =
1mm
d
s3
= 0,7 x
√ I
s3
= 0,7 x
√ 0,3
= 0,38 mm , kita pakai AWG 26
diameter 0,4 mm
dp = 0,7 x
√
Ip
= 0,7 x
√ ( 170 / 220 )
= 0,7 x
√ 0,7
= 0,58 mm , kita pakai
AWG 23 diameter 0,57
Jumlah gulungan primer dan sekunder
np = (45 / Aeff) x 220
= (45 / 13,12) x 220
= 754,57 kita bulatkan
saja 755 lilit
ns/v = (50 / Aeff)
= (50 / 13,12)
= 3,8 lilit per volt
n
s1
= 3,8 x 22
= 83,6 kita bulatkan 84
lilit, karena CT berarti waktu menggulung dikalikan 2
n
s2
= 3,8 x 16
= 60,8 dibulatkan 61
lilit , dan dikalikan 2 waktu menggulungnya karena CT
n
s3 =
3,8 x 9
= 34,2 dibulatkan jadi 35
lilit
Pengecekan apakah
lilitan bisa masuk ke jendela trafo atau tidak (dimensi x = 16 mm ; y = 48 mm)
c = ( np qp + n
s1 q
s1
+ n
s2 q
s2 + n
s3 q
s3 ) / Acu
, dimana luas penampang kawat q = ¼ π d
2
= ( 755 x ¼ x 3,14 x 0,57
2+ 168 x ¼ x
3,14 x 1
2+ 122 x ¼ x 3,14 x 1
2+ 35 x ¼ x 3,14 x 0,4
2)
/ (16 x 48)
= ( 192,56 + 131,88 + 95,77 + 4,396 ) /
768
= 424,606 / 768
= 0,55
nilai c yang baik antara 0,45 sampai 0,7, kalau kurang dari itu inti tidak bisa
maksimal fungsinya, dan jika diatasnya kawat tidak bisa masuk ke jendela inti
nilai c untuk trafo yang mau aku gulung 0,55 so bisa dipastikan gulungan masuk
ke jendela dan inti dapat bekerja dengan baik.
Ingat gulungannya harus searah semua, dan usahakan serapi dan serapat mungkin
agar rugi2 trafo kecil. Tiap selesai satu gulungan lapisi dengan kertas prespan
atau pita teflon yang tahan panas. Jika semua sudah tergulung tetesi dengan
sirlak pada gulungannya, lalu pasang kernnya.
Tes dan ukur tegangannya, untuk ngukur arusnya belum punya dummy load (
potensio dengan watt yang besar ), semoga aja mendekati lah....
Salam DIYers.....
Cara Membuat Tranformer (TRAFO)
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan
untuk menaikkan atau menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator
terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak
sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti
besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan lilitan skunder transformator
ada dua jenis yaitu:
Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan
sekunder adalah:
1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan
primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam
persamaan:
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Melilit atau membuat trafo memang gampang gampang
susah tetapi bila kita mengetahui syaratnya kayaknya ga sesulit yang kita
bayangkan sebelumnya ikuti langkah-langkah berikut untuk membuatnya
- Tentukan VA trafo :
contoh : Kita akan membuat trafo dengan tegangan 2 x 32 volt, 5 Ampere.
Daya sekunder : 2 x 32 x 5 = 320 VA.
Daya primer : 1,25 x 320VA = 400VA.
- Menghitung berat kern : Berat kern ( gram ) = 1,5 x daya
primer x 7,8 = 1,5 x 400 x 7,8 = 4680gr=4,68kg.
- Menghitung inti besi. b = akar 3 dari (( 1,5 x daya
primer)dibagi 9,9) = 3,92cm ( 4cm dibulatkan ). h = b/0,6561 = 6cm. Luas
penampang ( A ) = b x h = 4 x 6 = 24 Cm2.
- Menentukan Jumlah lilitan per Volt. N1/A (luas
penampang)=50/24=2,08=2 lilit/volt.
- Menentukan Diameter kawat Tembaga. Diameter tembaga=0,7 x
akar 2 dari arus. Sekunder=0,7 x akar 2 dari 5 =1,56 mm. Primer=0,7 x akar
2 dari 1,82=0,94 mm. 1,82»400va/220volt (tegangan jala-jala).
Setelah selesai membuat trafo jangan lupa
mencelupnya ke cairan serlak, atau bisa pakai melamin yang ada pengerasnya, ini
dimaksudkan untuk menghindari dengung yang ditimbulkan trafo saat bekerja.