Powered by Blogger.

Wednesday, August 16, 2017

LINE ARRAY SYSTEM



Line array system banyak sekali dipakai oleh sound rental company karena 2 keuntungan utama yang dapat dipetik dari sebuah line array:
  • Mempunyai coverage angle yang spesifik, jadi suara dapat diarahkan dan diprediksi dengan lebih baik.
  • Pada jarak tertentu, suara tidak mengikuti hukum “inverse square law”, yg biasanya adalah pengurangan sebanyak 6 desibel setiap jarak dikalikan dua.
Line array, sekali lagi pada batas jarak tertentu, hanya akan berkurang sebanyak 3 desibel per doubling of the distance. Karena banyak dipakai di event2 komersial, maka ada anggapan bahwa line array adalah sistem speaker terbaik yang dapat diaplikasikan dimana saja dan kapan saja.

Untuk sebuah sistem supaya dapat  dikategorikan sebagai sebuah line array, bukan bergantung dengan bentuknya saja yang memanjang. Tetapi ada hukum2 yang harus dipatuhi. Banyak pabrikan line array yang karena trend pasar, mengeluarkan line array asal asalan

Untuk sebuah sound system supaya dapat bekerja dengan baik di sebuah ruangan, banyak hal2 yang harus diperhatikan sebelum menentukan sistem speaker mana yang cocok (system design principle). Ada 2 buah system loudspeaker: line array system dan apa yang biasa disebut Point and source system.

Bentuk ruangan sangat menentukan system mana yang cocok. Contohnya adalah: Line array mempunyai horizontal coverage yang fixed, jadi agak kurang cocok kalau misalkan ruangan itu melebar. Jika ruangan mempunyai panjang yang pendek , akan terjadi reflection yang cukup dominan kearah panggung.

Banyak saya melihat implementasi line array yg salah dimana utk sebuah ruangan yang melebar, line array di tempatkan di extreme kiri dan kanan. Ini kebanyakan dikarenakan orang-orang tidak memahami limitasi, atau keuntungan line array tersebut dan masih mengacu kepada system conventional  point and source. Kalau line array ditempatkan di extreme kiri kanan, yang terjadi adalah lubang di tengah-tengah dimana coverage tidak menjadi rata.

Line array yang benar pengimplementasiannya, akan memberikan berbagai keuntungan yang bermanfaat. Tetapi, tetap harus mendahulukan faktor2 akustik yg mendukung. Seperti yang saya sebutkan diatas: Slap back kearah panggung adalah masalah yang sangat umum untuk system line array. Jadi harus disiapkan akustik treatment untuk phenomena ini.

Line array adalah soal pattern control, dan untuk mendapatkan tight pattern control dibutuhkan height atau panjang vertical line. Jadi semakin panjang line array tersebut, semakin tight pattern control yang didapatkan. Makanya pabrikan line array selalu merekomendasikan bahwa line array yg benar implementasinya adalah line array yang paling sedikit mempunyai panjang/ height minimal 4 box. Line array yang benar2 line array, kadang harganya juga mahal

Saya tidak pro maupun kontra dalam masalah line array. Yang mau saya tekankan adalah, semoga interior designer mengerti system principle dasar yang perlu dijalani sebelum menentukan sistem speaker mana yang paling cocok untuk venue tersebut. Setiap system mempunyai kelemahan dan juga kelebihan.

Kalau masalah out of date, loudspeaker adalah merupakan teknologi lama. Sampai sekarang, sangat sedikit perubahan yang terjadi untuk sebuah sound system. Line array pun bukan merupakan sebuah teknologi baru, hanya karena trend saja sekarang menjadi seperti ini. Yang bisa menjadi out of date adalah antara teknologi analog dan teknologi digital untuk misalkan perangkat mixer. Sudah bukan rahasia lagi bahwa, mixer akan semakin digital.

Masalah bagus atau tidak, itu juga sangat subjektif. Tapi memang suara bagus itu sangat bergantung dengan pengalaman, pengetahuan, dan pengimplementasian yang benar.




PRINSIP DASAR SOUND REINFORCEMENT

Prinsip Dasar
Sound reinforcement adalah sederetan peralatan yang ditata sedemikian rupa untuk penguatan suara atau musik untuk didengarkan oleh banyak orang. Prinsip dasarnya selalu sama. Mulai dari system yang sederhana sampai yang paling rumit seperti :
  1. Suara ditangkap oleh microphone dari sumbernya.
  2. Microphone merubah suara tadi menjadi signal listrik dan mengirimnya melalui kabel menuju mixer.
  3. Mixer menerima signal suara dan musik tadi melalui setiap kanalnya kemudian me-mix (mencampur dan menseimbangkan) untuk dikirimkan lagi melalui kabel ke rangkaian power amplifier.
  4. Power amplifier merubah signal menjadi energi listrik dan mengirimkannya ke loudspeaker
  5. Loudspeaker merubah energi listrik menjadi gerakan mekanis dari konus speaker yang kemudian menggetarkan udara dan menjadi suara.
  6. Audiens mendengarkan suara tersebut.
Ini juga berlaku untuk system audio rumah, tape deck atau CD player sebagai sumber suara, dan pre amp (dalam system live digantikan mixer), umumnya terdapat dalam satu badan dengan power amplifiernya (integrated amlifier).
Dalam system sederhana, power amplifier kadang terdapat dalam satu kemasan dengan mixer yang disebut powe mixer, atau juga power amplifier yang tercakup dalam kotak speaker yang lebih kita kenal dengan speaker aktif. Namun betapapun besar dan rumitnya sebuah system, tetap akan berada pada prinsip diatas tadi seperti yang terlihat pada gambar A.
Dalam system yang lebih besar akan terdapat beberapa peralatan tambahan yang tentu saja akan terdapat banyak pengaturan. Pada gambar B,
terlihat system yang lebih kompleks. Dan ini adalah yang biasa diterapkan bagi kafe, pub, bar, atau club yang menampilkan musik live dan ber-area tidak terlalu luas.
Dalam system ini ada beberapa prinsip lagi yang sebaiknya diperhatikan seperti :
  1. Posisi mixing console sebaiknya berada pada posisi pendengar, agar apa yang didengar oleh penata suara adalah apa yang didengar oleh audiens. Denga kata lain mixer tidak berada di samping atau di belakang panggung.
  2. Semua microphone dan alat musik dikirim ke mixer melalui kabel snake.
  3. Mixer atau mixing console pada system ini lebih lengkap dari system yang sederhana sebelumnya, karena memiliki lebih banyak pengaturan walaupun dengan prinsip kerja yang sama. Hanya saja dilengkapi fasilitas seperti equalizer yang semi parameric, dengan 3 band (low, mid, hi) atau 4 band (low, lo-mid, hi-mid, hi). Terdapat juga auxiliary send yang difungsikan untuk mengirim signal ke system monitor dan/ ke effect system. Pada auxiliary terdapat switch untuk aux pre/post. Auxiliary pre adalah untuk menirim signal yang terlepas dari pengaruh fader dan eq kanal yang biasa digunakan untuk mengirim signal ke monitor, sedang auxiliary post adalah sebaliknya yakni mengirim signal yang dikirim mengikuti pengaruh dari fader dan equalizer dari kanal dan biasa untuk mengirim signal ke perangkat effect.
  4. Signal keluaran dari mixer dikirim ke crossover melewati equalizer. Pada equalizer inilah penata suara melakukan pen-settingan untuk mengatasi kendala akustik ruang, feedback atau kendala lainnya yang mengganggu.
  5. Crossover berfungsi untuk memilah frekuensi yang akan dikirim ke power amplifier untuk menggerakkan loudspeaker dengan tnggapan frekuensi tertentu. Karena system speaker utamanaya tidak jarang yang terpisah antara speaker untuk menghandle frekuensi rendah (sub woofer) dan speaker untuk full range (gambar C)
Tipical system untuk Touring
Berikutnya adalah system untuk touring yang lebih besar dan kompleks. Seperti yang dipergunakan untuk konser-konser besar dengan area yang lebih luas. Pada system ini peralatan yang digunakan sangat banyak, dan selalu dengan crossover aktif yang tidak jarang juga digantikan oleh controller digital yang didalamnya telah terdapat crossover, limiter, parametric eq, dll. Juga selalu menggunakan mixer monitor yang sama sekali terpisah dari mixer utama, lebih difungsikan untuk mengirim signal ke rangkaian effect yang tidak sedikit jumlahnya.
Namun seberapapun rumitnya prinsip touring ini, tetap tidak terlalu jauh berbeda dengan prinsip tata suara sebelumnya sehingga tidak terlalu sulit juga untuk dipahami. Hanya saja pada system ini terdapat beberapa lagi penjlasan tambahan seperti :
  1. Mixer selalu lebih besar dan mempunyai fasilitas yang lebih lengkap, paling sedikit terdiri dari 24 kanal atau bahkan sampai 40. dan bukan tidak mungkin menggunakan lebih dari 1 mixer. Ini sering terjadi bila yang tampil lebih dari 1 grup musik yang settingan kanalnya tidak ingin terganggu oleh setting kelompok lain yang kebetulan tampil satu panggung.
  2. System monitor dioperasikan oleh monitor engineer dengan menggunakan mixer monitor sendiri dan terlepas sama sekali dari mixer utama.
  3. Dalam rack peralatannya terdapat paling sedikit 2 buah EQ mono atau sebuah dual EQ (karena selalu main dalam stereo), kemudian beberapa compressor, limiter, noise gate, aural exciter, multiple delay, reverb, dll. Sekian banyak peralatan tersebut difungsikan untuk menghasilkan suara yang diinginkan dan meredam suara-suara yang tidak diinginkan.
  4. Mixer untuk system monitor panggung terdiri dari 6 output kadang bahkan sampai 16 output, dan mengirim signal tadi secara tepisah ke masing-masing monitor untuk si pemusik atau penyanyi seperti yang mereka inginkan.
  5. Dibutuhkan sangat banyak kabel, power amlifier dan daya listrik yang sangat besar untuk menggerakkan sekian banyak loudspeaker yang mungkin saja main dalam 3way, 4way atau bahkan sampai 5way.
Seperti yang telah dilihat bersama, banyak persamaan dari mulai system yang paling sederhana samapi system yang paling rumit sekalipun, hanya rack peralatannya saja yang mengalami perbedaan, namun tetap saja dalam prinsip yang sama. Mixer tetap saja sama apakah 4kanal atau 40kanal.





SUMBER : https://mahanadasound.wordpress.com/tag/sound-system-2/

0 comments:

Post a Comment