Powered by Blogger.

Monday, July 13, 2015

RANGKAIAN MIC CONDENSER SUPER PEKA BRO







Keterangan :

1. Mic condenser (mic kecil)
2. Capasitor 100v  nanofarads ( kapasitor keramik biasanya warna hijau)
3. Capasitor 4,7 mirco 50v.
4. Resistor 10k
5. Dioda 1 A







Tuesday, July 7, 2015

 Rangkaian alarm motor
Sekarang ini banyak terjadi pencurian sepeda motor, jika anda menginginkan kendaraan dalam posisi yang aman dan meminimalisasi curanmor, maka anda sebaiknya melengkapi kelengkapan sepeda motor yang anda miliki. Demi keamanan kendaran anda, tidak ada salahnya bila sepeda motor anda dilengkapi dengan alarm.
Jika anda berminat, silahkan rakit alarm sepeda motor ini.


Daftar Komponen :
  1. R1        : 10 KOhm
  2. R2/ R3  : 470 Ohm
  3. C1        : 1 uF
  4. ST        : Saklar Tekan
  5. IC 1      : NE555
  6. LS         : Loud Speaker 10 Ohm
  7. SCR
  8. VCC     : 12 Volt
Bagian - bagian alarm sepda motor tersebut :
  1. SCR 
  2. PENGOLAH ( IC)  
  3. OUTPUT(SPEAKER) 
 Rangkaian alarm kebakaran


Untuk mencegah hal- hal yang tidak diinginkan (khususnya kebakaran), tidak salahnya jika anda memiliki alarm pendeteksi kebakaran untuk di dalam rumah.Berikut adalah skema rangkaian alarm pendeksi kebakaran yang sering digunakan oleh kebanyakan orang karena proses perakitan dan komponennya yang relatif sedikit dan hasil suaranya yang keras.



skema rangkaian alarm pendeteksi kebakaran

Rangkaian ini berfungsi untuk mengidentifikasi terjadinya kebakaran.
Sistem kerjanya adalah bila asap yang ditimbulkan oleh api melewati antara bola lampu dan LDR, sehingga penerimaan cahaya di LDR menjadi berkurang, sehingga nilai tahanan/ hambatan dari LDR menjadi lebih besar, mengakibatkan tegangan di COB/ chipcukup untuk on/ hidup, sehingga menghasilkan bunyi/ alarm dan suara tersebut diperkuat dengan amplifier ic NE 555 sehingga bunyi yang dihasilkan menjadi keras.
Meskipun bentuknya sepele tetapi manfaatnya luar biasa.
 Rangkaian alarm pintu

Sebuah rumah yang kita tempati sehari- hari, yang di dalamnya terdapat barang- barang berharga, tidak ada salahnya jika rumah anda dilengkapi Rangkaian alarm pintu rumah  yang diletakkan di pintu rumah anda( bisa juga dipasang di pagar).
Berikut dibawah ini adalah skema rangkaian alarm pintu rumah tersebut.

skema rangkaian alarm pintu rumah

Daftar rangkaian :
  1. R1 : 1 M ( 1/4 W)
  2. R2 : 3,3K ( 1 W)
  3. R3 : 10 K ( 1/2 W) = Trimpot.
  4. R4 : 33 K ( 1/4 W)
  5. R5 : 150 K ( 1/4 W)
  6. R6 : 2,2 K ( 1/4 W)
  7. R7 : 22 K (1/4 W)
  8. R8 : 4,7 K ( 1/4 W)
  9. D1/D2/D4 : 1N 4148
  10. D3 : LED
  11. Q1/Q2/Q3/Q5 : BC 547 ( NPN)
  12. Q4 : BC 557 ( PNP)
  13. C1/C2 : 10 nF
  14. C3 : 10 pF
  15. C4/C6 : 100 nF
  16. C5 : 2,2 uF/ 25 V
  17. C7 : 100 uF/ 25 V
  18. L1/L2 : Induktor
  19. BZ : Buzzer
Rangkaian diatas menggunakan tegangan power supply sebesar 9 Vdc.
Fungsi utama alarm tersebut adalah untuk mencegah kemalingan pada rumah anda, selain itu juga untuk mengetahui orang yang masuk rumah anda.
Merakit rangkaian tersebut tidak terlalu sulit, jika anda berminat bisa merakitnya sendiri, kalaupun anda kesulitan untuk membuatnya, anda juga bisa menyuruh seorang teknisi elektronika untuk merakitnya, ataupun anda bisa membelinya ditoko- toko yang menjual alarm tersebut.
Itupun kalau anda berminat dan jika mengingin keamanan dirumah anda.
 Rangkaian LED berjalan

RANGKAIAN LAMPU LED BERJALAN biasanya digunakan untuk memperindah rangkaian elektronika lain/ sebagai tampilan.
Berikut ini adalah salah satu rangkaian lampu LED BERJALAN diantara bentuk- bentuk yang lain.


Skema Rangkaian Lampu Led Berjalan

Berikut adalah komponen yang digunakan untuk merakitnya :
  1. R1 = 10 Kohm (1/4 W)
  2. R2/R3 = 47 Kohm (1/4 W)
  3. R4 = 1 Kohm (1/4 W)
  4. R5/R6/R7 = 100 KOhm (1/4 W )
  5. R8 = 820 Ohm (1/4 W)
  6. C1/C3 = 100 nF /63 V ( capasitor ceramic/ poliester )
  7. C2 = 10 uF / 50 V ( ELCO )
  8. C4 = 330 nF / 63 V ( capasitor poliester )
  9. C5 = 100 uF / 25 V (ELCO)
  10. D1 = 1N 4148 / 75 V/150 mA
  11. D1 - D11 = LED semua jenis
  12. IC 1 = LM 358
  13. IC 2 = 4017
  14. MIC = Mikrofon

Rangkaian diatas menggunakan tegangan power supply sebesar 9 Vdc.
5. Rangkaian Flip-Flop

Rangkaian FLIP - FLOP bentuknya beraneka ragam, ada yang memakai 2 LED, 4 LED dll.
Berikut ini adalah skema rangkaian flip - flop yang memakai 2 LED ( Light Emitting Diode) :




Skema Rangkaian flip - flop
Berikut ini adalah daftar komponen untuk merangkit rangkaian flip - flop diatas
  1. R1/R4 = 470 Ohm
  2. R2/R4 = 22 Kohm
  3. C1/C2 = 4.7 uF/ 16 V
  4. D1/D2 = LED
  5. TR1/TR2 = FCS 9012/9014 (NPN)
Rangkaian flip - flop diatas membutuhkan tegangan 9 Vdc.

Rangkaian flip- flop di`tas biasanya digunakan untuk memperindah tampilan suatu barang yang dilekatinya untuk menarik perhatian, selain itu ada rangkaian elektronika yang membutuhkan rangkaian ini untuk mengetahui baik tidaknya suatu komponen elektronika, yaitu Rangkaian Transistor Tester yang menggunakan rangkaian flip- flop 2 LED.
4. Rangkaian sensor gerak


rangkaian sensor gerakGambar rangkaian sensor gerak

Rangkaian sensor gerak adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk mendeteksi adanya gerakan. Rangkaian sensor diatas menggunakan cahaya infra merah sebagai pendeteksi gerakan. Pada bagian pemancar menggunakan IC NE 555 sebagai pembangkit sinyal. Frekuensi yang dihasilkan berkisar 5 KHz. Kemudian keluaran multivibrator tersebut dipancarkan dengan memanfatkan led infra merah. Pada bagian penerima menggunakan IC LM1458 sebagai comparator.

Rangkaian diatas merupakan rangkaian sensor gerak yang cukup sederhana dan bisa anda jadikan sebagai salah satu objek percobaan. Rangkaian diatas saya dapatkan dari www.circuitstoday.com. Contoh penggunaan trancaiver infra merah sebagai pendeteksi gerakan adalah pada rangkaian mouse komputer. Dimana mouse masa kini tidak lagi menggunakan bola pada bagian input sensor, sekarang sudah hampir semua mouse telah beralih ke aplikasi infra merah dan terbukti tingkat ketahanan dan style bisa dipenuhi
3. Low cost emergency light

 
Deskripsi

Berikut ini adalah lampu darurat putih berbasis LED yang menawarkan keuntungan sebagai berikut:
1. Hal ini sangat cerah karena penggunaan LED putih.
2. Lampu menyala secara otomatis saat pasokan listrik gagal, dan mematikan listrik ketika listrik kembali.3. Ini memiliki pengisi baterai sendiri. Setelah baterai terisi penuh, pengisian berhenti secara otomatis.

Rangkaian ini terdiri dari dua bagian: charger power supply dan charger listrik Bagian LED driver.The supply
dibangun di sekitar regulator adjustable 3-terminal (IC1) LM317, sedangkan bagian driver LED dibangun sekitar BD140 transistor (T2). Pada bagian power suplai charger, input listrik AC turun oleh transformator untuk memberikan 9V, 500mA ke penyearah jembatan, yang terdiri dari dioda (IN4007x4). 
Filter kapasitor (25v/1000uf) menghilangkan riak. Diatur tegangan DC diumpankan ke input pin 3 dari IC1 dan menyediakan pengisian arus yang melalui dioda IN4007 (D5) dan membatasi resistor (16ohm) R16. Dengan menyesuaikan 2.2K preset (VR1), tegangan output dapat disesuaikan untuk memberikan yang dibutuhkan arus pengisian. Ketika baterai akan dibebankan pada 6.8V, dioda zener melakukan dan arus pengisian dari regulator (IC1) menemukan jalan melalui transistor BC547 (T1) untuk tanah dan berhenti pengisian baterai. Bagian driver LED menggunakan total dua belas 10mm LED putih. Semua LED dihubungkan secara paralel dengan resistor 100 ohm secara seri dengan masing-masing. Sambungan umum-anoda dari semua dua belas LED dihubungkan ke kolektor transistor T2 pnp dan emitor dari transistor T2 terhubung langsung ke terminal positif baterai 6V. Tegangan DC yang tidak diatur, diproduksi di persimpangan Jembatan katoda (Dioda), diumpankan ke basis transistor T2 melalui resistor 1k. Bila daya listrik tersedia, dasar transistor T2 tetap tinggi dan T2 tidak melakukan. Jadi LED off. Di sisi lain, ketika listrik gagal, dasar T2 transistor menjadi rendah dan melakukan. Hal ini membuat semua LED (LED1 melalui LED12) cahaya. Daya listrik pasokan, bila tersedia, biaya baterai dan menjaga LED off transistor T2 tetap cut-off. Selama kegagalan listrik, bagian pengisian berhenti bekerja dan catu baterai membuat cahaya LED. Pasang sirkuit pada PCB tujuan umum dan melampirkan dalam lemari dengan ruang yang cukup untuk baterai dan switch. Mount LED pada kabinet sehingga mereka menerangi ruangan. Sebuah lubang di kabinet harus dibor dapat terhubung masukan AC 230V untuk utama transformator. Saya telah menguji rangkaian dengan dua belas 10mm LEDs.You putih bisa menggunakan LED lebih menyediakan konsumsi arus total tidak melebihi 1.5A. Driver T2 transistor dapat memberikan hingga 1.5A dengan pengaturan heat-sink yang tepat.

2. Rangkaian sensor suara

kumpulan rangkaian elektronika sederhana

Rangkaian berikutnya dari kumpulan rangkaian elektronika sederhana adalah rangkaian sensor suara yang akan dibahas berikut ini menggunakan rangkaian monostable IC555 sebagai penentu lamanya rangkaian alarm diaktifkan setelah menerima satu kali picu pada bagian input sensor. Anda bisa saja tidak menggunakan rangkaian monostable dan langsung menggantinya dengan lampu atau rangkaian alarm. Tapi ingat bahwa lampu atau rangkaian output lainnya yang anda pasang akan langsung mati pada saat input sensor berubah kembali. Atau anda menggunakan rangkaian penahan aktif yang lain seperti rangkaian JK flip-flop dan flip-flop yang lain. Hal itu tergantung juga pada kondisi yang anda inginkan pada bagian output, apakah rangkaian output akan diaktifkan selama jangka waktu tertentu atau akan diaktifkan selamanya sampai diadakan reset kembali pada rangkaian sensor tersebut.
Pada rangkaian di atas memanfaatkan mikrofon sebagai alat pengubah suara menjadi gelombang listrik. Gelombang listrik yang dihasilkan oleh mikrofon sangat kecil sekali dan berbentuk bolak balik atau sinus. Gelombang listrik sinus ini kemudian diloloskan melalui kapasitor C3 untuk kemudian diperkuat oleh rangkaian penguat darlington yang terdiri dari transistor Q1 dan Q2. Kolektor dari transistor Q2 langsung dikopel dengan input pemicu rangkaian monostable.
Rangkaian monostable tersebut akan menghasilkan output yang positif jika pada bagian triggernya (pin 2) berubah dari logika 1 ke 0. Jika kita amati pada saat rangkaian sensor tanpa sinyal input maka kolektor-emitor transistor Q2 akan seperti saklar terbuka (kondisi cut-off), dengan kata lain idealnya tegangan pada kolektor akan sebesar tegangan supply. Tapi karena kolektor tersebut paralele dengan input IC 555 maka bisa saya pastikan tegangan pada kolektor akan berkurang pengaruh hubungan parallel keduanya. Tetapi dengan demikian tegangan kolektor akan memberikan kondisi tinggi pada input monostable (pin 2). Pada saat sinyal suara dari input sensor membuat transistor Q2 jenuh maka hubungan antara kolektor dan emitor idealnya bagai seutas kawat, sehingga tegangan pada kolektor akan 0 volt. Dengan begitu rangkaian monostable akan terpicu dan mengaktifkan rangkaian output (pin 3) selama waktu yang ditentukan oleh R1 dan C!. Jika anda ingin mengkondiskan lebih lama, anda cukup memperbesar nilai dari R1 dan atau C1.
1. Rangkaian timer sederhana.

kumpulan rangkaian elektronika sederhana

Mengapa bisa dikatakan demikian? karena pada umumnya untuk membuat suatu rangkaian timer atau pewaktu dibutuhkan minimal satu buah transistor atau satu buah IC (Integrated Circuit) sebagai komponen utama, right?
Tapi untuk bahasan rangkaian yang satu ini tidak memerlukan transistor atau ic, rangkaian ini hanya membutuhkan satu buah resistor dan kapasitor.
Prinsip kerja dari rangkaian timer yang sangat sederhana ini sebenarnya adalah sangat mudah untuk dipahami. Dan mungkin bagi anda seorang yang masih awam tentang disiplin ilmu elektronika sangat mudah untuk dipahami apalagi jika anda memang seorang yang sudah familiar dengan elektronika. Rangkaian ini memanfaatkan sifat dasar dari kapasitor yakni pengisian dan pelepasan muatan. Rangkaian beban dipasang parallel dengan kapasitor dan diseri dengan satu tahanan. Sehingga dengan begitu tegangan yang keluar terhubung dengan beban tergantung dari tegangan pada kapasitor. Artikel selengkapnya tentang Rangkaian Timer Sederhana ini bisa anda baca disini.

Monday, July 6, 2015

Rahasia Rangkaian Power Audio Lapangan



Sound System Lapangan Super Dasyat dengan horn rudal 3Brothers Study
Rangkaian power amplilfier Untuk Lapangan atau Rumahan dari dulu sampai sekarang tidak banyak mengalami perubahan. Tiap-tiap amplifier memiliki karakter suara yang bermacam-macam, sesuai kehendak si pembuatnya, namun pada dasarnya masih banyak mengalami kekurangan atau cacat audio terutama untuk kit driver yang ada di pasaran. Ada yang bilang rangkaian ini bagus, tapi pas dirakit dan dites ternyata hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Masalah yang ada biasanya treble kurang halus, suara kurang kenceng, suara pecah, dengung, dites ditengah lapangan suara bass hilang. Jadi anda tidak harus percaya omongan orang 100%. Kualitas amplifier built-up pasti berbeda jauh dengan amplifier rakitan, rangkaian boleh sama tapi kualitas akan bergantung pada siapa yang merakitnya.


Ingin tahu rahasianya? Berikut ini ada beberapa trik yang perlu dicoba.

MENGATASI DENGUNG:
Power amplifier blazer sering dipakai dilapangan. Rangkaian ini konon kata orang adalah rakitan bell. Tapi anda jangan langsung tertarik pada power ini, rangkaiannya agak rumit & susah dimengerti mencerminkan kecerdasan orang yang pertama kali mendisainnya. Menurut saya power yang bagus adalah power yang sederhana, murah, mudah dirakit dan rasional. Kita tidak perlu menggunakan komponen dengan harga mahal seperti kapasitor tantalum, power mosfet dan yang mahal lainnya. ini tidaklah menentukan sekali kualitas dari power amp yang kita rakit. Power besar kadang menimbulkan dengung, untuk mengatasinya yaitu dengan memisahkan antara ground sinyal (ground soket, ground casing) dan ground power.

CARA SETING TRIMPOT ARUS IDLE:
Putar trimpot arus (jika ada) sampai mengalirkan arus sebesar 50-100mA pada tiap transistor power, tujuannya untuk menghindarkan cacat treble pada posisi volume di atas jam 10. Resikonya heatsink jadi panassss! (ini tanda setingan klass A-AB)

SETTING TRIMPOT DC OFFSET:
Pada saat input tanpa sinyal, putar trimpot offset sehingga tegangan di speaker benar-benar terbaca 0 Volt. Jika anda tidak mau susah-susah, gunakan dan percayakan saja rangkaian dengan ic tipe HA17741 dari Hitachi atau merek IC yang berkualitas lainnya! Ini jantung rangkaian, 90-95% kualitas rangkaian ditentukan dari IC ini!!!

MENGATASI SUARA LOYO/KURANG KENCENG:
Gunakan rangkaian pre-amp untuk menaikkan sinyal minimal sebesar 2 kali. biasanya dan seharusnya rangkaian pre-amp ini menggunakan IC op-amp dengan supply minimal +12V -12V. Naikkan nada mid-nya! Kalalu anda tidak mau susah2 gunakan saja rangkaian tone control IC yang ada mid-nya! Rahasianya bukan di nada mid-nya saja tapi sinyal output dari IC op-amp biasanya besar.

TREBLE PECAH:
Treble yang berlebihan akan merusak power amp, tenaga bukannya keluar malah ngedrop. Mengatasinya, pasang kapasitor filter 1nF pada input power amp ke ground untuk menjamin sinyal tidak cacat. Gunakan selalu komponen aktif yang berkualitas seperti IC dan transistor, harga beda Rp500 juga akan beda hasilnya. Gunakan kabel yang besar dan sependek mungkin, terutama untuk kaki transistor power, dan sebaiknya transistor ini langsung disolder ke pcb.

KAPASITOR SUPPLY
Biasanya power untuk lapangan menggunakan supplay trafo 50V CT 50V, atau minimal 42V ct 42V. Semakin besar tegangan supply semakin besar watt yang tersalurkan walaupun di rangkaian cuma tertulis 300-400 Watt saja. Tentu saja ini menggunakan kapasitor elko dengan voltase 80-100V. Kapasitor 10.000uF/100V akan sama dengan 4X10.000uF/50V.
Usahakan untuk menggunakan elko yang kuat di temperature 105 ‘C. Kapasitor ini kuat di supply lebih dari voltase nominal yang tertulis di badannya, biasanya dilebihkan sebesar 25%. Sebagai contoh kapasitor 4700uF/50V 105’C akan sama dengan 4700uF/63V 85’C. Supaya elko ini tidak cepat meledak jika diberi tegangan penuh, usahakan temperaturnya sedingin mungkin.

BASS HILANG DI LAPANGAN:
Coba gunakan driver speaker yang mempunyai diameter spul besar dipasang dengan ukuran bok yang cocok. Biasanya disertakan contoh parameter dan referensi dimensi bok, tetapi referensi box yang diberikan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, tidak hanya pada ACR, Kicker Subwoofer pun begitu. Ukuran bok biasanya lebih besar dari bok2 -bok yang dijual di pasaran. kalau anda memaksa menggunakan bok yang dari pasaran ini, gunakan driver bertipe G12-80 (maaf tidak sebut merek takut promosi) speaker dengan nada bass untuk ukuran bok kecil. Dinding bok harus tebal, kuat dan jangan lupa diLEM!!! Bok yang dilem dengan yang tidak akan beda suaranya, terutama nada bass, buktikan!!!

SENSOR PANAS
Berupa transistor, transistor ini biasanya bertipe MJE340 atau bisa juga BD139 letaknya ada ditengah, diapit oleh sepasang transistor yang bermodel sama. Transistor ini harus dipasang pada main heatsink untuk mendeteksi panas yang dihasilkan oleh transistor power. Kerjanya untuk menurunkan arus bias pada saat heatsink panas. Terus kenapa heatsink dan transistor power harus diset diposisi panas? Ya tujuannya tidak lain untuk menghindarkan sinyal dari cacat (di kelas A atau AB), dengan konsekuensi panas. Kelas ini tidak perlu dan tidak akan terasa jika anda hanya menginginkan nada bass saja. Tujuan seting pada. kelas AB adalah suara tetap jernih walaupun volume diputar diposisi maksimal (di tengah lapangan). Rasanya tidak mungkin, tapi ini lebih mendekati.

HEATSINK YANG BERUKURAN BESAR
Bukan hanya kapasitor elektrolit yang lebih mudah meledak di temperatur tinggi, transistor power juga bisa break jauh di bawah tegangan break aslinya. Sebagai contoh transistor 2SC5200 mempunyai tegangan break sebesar 230Vdc, tetapi jika temperaturya tinggi maka nilai tegangan break-nya akan turun jauh di bawah nilai ini, akibatnya transistor cepat rusak. Penggunaan heatsink dan kipas pendingin sangat penting bukan hanya untuk menurunkan panas, lebih dari itu dapat menghindarkan transistor dari break/rusak dan output yang melemah. Semakin panas temperatur maka akan semakin kurang kemampuannya. Penggunaan pendingin ini diharapkan agar komponen tetap fresh, fit dan tahan lama.

PEMILIHAN KOMPONEN:

TRANSISTOR POWER
Banyak sekali tipe dan model transistor ini, sebagai contoh MJ15003-4 & MJ15024-5 dari Motorola, tapi sayang komponen ini sudah tidak diproduksi oleh Motorola lagi tetapi dari ON semiconductor. Hanya beda merek bisa mengurangi kualitas dan kepercayaan pelanggan. Transistor model jengkol biasanya lebih kuat di temperature tinggi, mungkin karena lebih kedap udara. Menurut beberapa teman, karakter dari transistor jengkol ini lebih kuat ke middle, terutama kalau sudah panas.

2SC5200 dari Toshiba, transistor ini dalamannya sama besar dengan Sanken 2SC2922, dan keduanya akan break jika temperaturnya terlalu panas. 2SC2922 Sanken mengeluarkan butiran-butiran timah jika dipanaskan, ini kelemahan. 2SC3281, transistor ini paling populer, paling linier di temperatur dingin-hangat dan sering dipakai pada professional amplifier, tetapi Toshiba tidak lagi memproduksinya, gantinya ya C5200. Jika transistor C3281 masih ada di pasaran, maka itu kemungkinan besar adalah palsu!!! Karakter Sanken 2SC2922 diakui paling empuk. Toshiba 2sC5200 low juga dan paling banyak disukai karena karakternya dianggap paling linier dan cocok dengan selera telinga audio diyer.

TRANSFORMATOR
Ada dua model transformator yang sering dipakai, yaitu model EI (kotak/konvensional) dan model Toroid (Cincin/donat). Ada yang bilang trafo model toroid lebih bagus karena memiliki kobocoran fluk yang lebih kecil, pada kenyataannya sama saja, atau mungkin radiasi toroid lebih besar. Rangkaian-rangkaian yang sensitive terhadap flux ini adalah rangkaian yang berpenguatan tinggi seperti pre-amp head dan pre-amp mic. Rangkaian ini biasanya dipasang horizontal/datar sejajar dengan susunan kawat email trafo konvensional sehingga rangkaian menerima dengung yang lebih besar. Berbeda dengan trafo model toroid yang kawat emailnya tersusun secara vertical sehingga kawat-kawat ini tegak lurus dengan kit-kit rangkaian.
Efeknya adalah fluk yang di terima kit pre-amp head lebih kecil. Untuk mengatasi agar fluk ini tidak masuk ke rangkaian adalah dengan men-shelding/ membentengi dengan plat berbahan aluminium padat kedap oksigen. Plat ini tentu saja dihubungkan ke ground melalui kabel. Untuk menyamai transmisi fluk secara vertical, trafo konvensional perlu di pasang miring (sisi samping dijadikan sisi bawah) sehingga susunan kawat trafo tegak berdiri, cara ini sering dipakai pada power2 built-up. Ini membuat kita harus memilih casing yang tinggi. Tegangan 50V CT 50V bisa didapatkan dengan menggabungkan 2 transformator 25VCT25V, CT tidak dipakai, kaki 25V dijadikan 50V sehingga kaki satunya menjadi CT, sehingga jumlah total adalah 100V atau 50VCT50V. Ini pantas dipakai untuk pwr amp berdaya di atas 400Watt.

RESISTOR 5W
Resistor pada pada kaki-kaki transistor power biasanya bernilai 0.5 ohm 5 Watt berbentuk kotak putih. Jika kita bongkar dalamannya maka terlihat ada kawat alumunium yang melingkar. Ini menyerupai induktor, reaktansi induktif pada induktor akan tinggi jika dialiri sinya berfrekuensi tinggi sehingga nada treble akan melemah dan cacat. Tetapi seringnya ini diharapkan untuk melemahkan cacatnya treble. Daya yang diperlukan untuk mengeluarkan nada tinggi (treble) tentu lebih besar, masalah ada di sini. Penggunaan R 0.5/5W pada power amplifier rumahan its ok-ok saja. Tetapi sering tidak disadari penyebab rusaknya speaker dan power amplifier adalah tingginya nada treble, sehingga yang timbul adalah panas dan rusak. Sebaiknya gunakan resistor 2 Watt biasa 0.47 – 1 ohm parallel 2 sehingga terhitung 4 Watt. Atau jika menggunakan Resitor 0.22 ohm 4 Watt tidak perlu diparalel karena tegangan jepit cukup setengahnya (satu R 0.5/5W diganti satu R 0.22/4W) its ok.

FUSE
Sifat rusaknya bahan semiconduktor/transistor power amplifier adalah short, jika menggunakan supply yang cukup tinggi maka rusaknya satu transistor ini akan mengajak pasangannya untuk rusak pula. Agar rusaknya transitor ini tidak berjamaah perlu adanya pemasangan sekering. 1.5A per power transistor dirasa cukup.
Cara Membuat VU Meter Sendiri untuk Amplifier
Rasanya kurang lengkap kalau membuat Power Ampli tanpa adanya salah satu aksesoris ini. Selain berfungsi untuk mengukur berapa dB power output dari Amplifier yang kita buat, VU meter juga dapat membuat penampilan Power Ampli kita menjadi lebih menarik. Karena display pada Vu meter akan bergerak naik dan turun selaras dengan power output yang dikeluarkan.

Kali ini saya akan berbagi info mengenai cara membuat Vu Meter Rakitan Sendiri menggunakan IC LM 3914. Akan tetapi lebih baik teman-teman melihat data sheet IC tersebut terlebih dahulu 
disini. Dalam perkembangannya VU Meter saat ini sangatlah bervariasi, mulai dari yang analog, semi-Digital, hingga yang Digital, dan bahkan sekarang ini ada yang sudah menggunakan LCD, seperti yang ada pada perangkat rekaman kelas advance, maupun pada sarana hiburan (Bar, Kafe, Discotic, dll).

Jika kita hendak membuat sebuah Power Ampli tentu saja memerlukan sebuah layout atau skematik. Sama halnya jika kita akan membuat VU Meter kita juga memerlukan layout/skematik, maka perhatikan skematik dibawah ini :
  • VU Meter Mono
Dengan IC LM 3914 kita hanya dapat membut sebuah VU Meter mono (hanya untuk 1 chanel R / L). Sehingga jika kita akan membutnya Stereo (untuk chanel R & L) maka kita membutuhkan dua buah IC LM 3914
  • VU Meter Stereo
Cara membuatnya sangatlah mudah, yaitu dengan mengubah skematik tersebut menjadi sebuah layout pada PCB. Cara mengubahnya anda dapat menggambarnya terlebih dahulu pada kertas milimeter blok atau jika sudah mahir bisa gambar langsung pada PCB nya. Cara yang lain adalah menggunakan software seperti PCB Wizard, Eagle, Proteus, dll.

Dalam pembuatan Layout diperlukan keuletan dan ketelitian serta kesabaran yang tinggi. Karena jika terjadi kesalahan dapat berakibat tidak berfungsinya VU Meter yang kita buat. Sebenarnya Prinsip kerja dari VU Meter adalah membandingkan tegangan Out Put dari power Ampli dengan Tegangan pembanding yang diambil dari tegangan suply melalui sebuah Resistor atau Potensio meter. Dalam IC LM 3914 sudah terdapat konector/pin untuk tegangan reverensi (Vref). maka dari itu baca lagi
datasheet IC LM 3914 untuk lebih memahaminya
Cara Membuat Skema rangkaian Power Audio amplifier 800 Watt RMS


Cara Membuat Skema rangkaian Power Audio amplifier 800 Watt RMS – Skema rangkaian power audio amplifier tersebut bisa mensuply daya output/keluaran 800 Watt RMS & bekerja pada kelas AB. Skema rangkaian power audio amplifier 800 watt tersebut adalah power audio amplifier OCL dngn sumber tegangan/voltage DC simetris ± 70 volt. Skema rangkaian power audio amplifier 800 watt RMS tersebut memakai 5 buah transistor dengan tipe power jenis C5200 & jenis A1943. Skema rangkaian power audio amplifier 800 watt tersebut memerlukan sumber tegangan/voltage DC simetris ± 70 volt dngn kemampuan arus minimum 15 ampere. Gambar skema rangkaian & daftar komponen untuk membuat skema rangkaian power audio amplifier 800 watt RM bisa disimak pada gambar dibawah ini.
http://corelita.com/wp-content/uploads/2013/12/Cara-Membuat-Skema-rangkaian-Power-Audio-amplifier-800-Watt-RMS.gif
Skema rangkaian Power Audio amplifier 800 Watt RMS
Skema rangkaian power audio amplifier 800 watt di atas adalah gambar satu diantara chanel mono, untuk skema rangkaian power audio amplifier stereo butuh di buat 2 buah. Skema rangkaian power audio amplifier 800 watt RMS di atas terbagi dalam bagian-bagian sbg berikut.
Bagian penguat diferentsial, bagian tersebut disusun oleh konfigurasi transistor Q2 & Q3 jenis 2N5551.
Bagian driver power audio amplifier, bagian tersebut berperan utuk menguatkan sinyal suara saat sebelum diberikan ke transistor dengan tipe power audio amplifier. Skema rangkaian driver power audio amplifier tersebut terbagi dalam 2 bagian yakni driver untuk transistor dengan tipe C5200 & driver untuk transistor dengan tipe power A1943. Driver untuk transistor dengan tipe C5200 di bangun dngn skema rangkaian darlinton transistor dengan tipe MJE340 & A1943. Lalu driver untuk transistor dengan tipe power A1943 di bangun dngn skema rangkaian darlington MJE350 & C5200.
Bagian power transistor, bagian tersebut berperan sbg penguat akhir sinyal suara. Bagian penguat akhir tersebut disusun dngn skema rangkaian push-pull transistor dengan tipe C5200 & A1943 yg disusun secara push-pull & parallel 5 set.
Bagian kontrol bias transistor, bagian tersebut berperan untuk mengatur tegangan/voltage bias transistor dengan tipe power & titik kerja transistor. Di bagian tersebut bisa diatur kelas kerja transistor dari kelas AB sampai B memakai potensiometer P1 1 KOhm & transistor dengan tipe MJE340. Skema rangkaian power audio amplifier 800 watt tersebut memerlukan penambahan skema rangkaian loud speaker protektor untuk tunda saat terhubungnya loud speaker ke terminal output/keluaran power audio amplifier & untuk menghindar kebocoran arus DC yg masuk ke loud speaker.
Cukup sekian informasi yang bisa di himpun oleh corelita.com pada kesempatan kali ini. Mudah-mudahan pada kesempatan yang lain bisa memberikan kepada Anda informasi yang lebih bagus dan menarik, dan tentunya masih bisa memberikan manfaat bagi Anda semua.  Selamat mencoba, semoga berhasil dan mohon maaf apabila ada hal yang tidak pas dengan Anda. Jika ada yang perlu tanyakan atau disampaikan, silahkan tinggalkan pesan pada kotak komentar dibawah. Terima kasih


http://audiorakitan.web.id/wp-content/uploads/et_temp/100_2134-208420_298x226.jpg
http://audiorakitan.web.id/wp-content/uploads/et_temp/100_2134-208420_69x69.jpghttp://audiorakitan.web.id/wp-content/uploads/et_temp/100_2135-203371_69x69.jpghttp://audiorakitan.web.id/wp-content/uploads/et_temp/100_2137-109642_69x69.jpg

Audio Mixer

Rp85000 Add to cart

Product Information

Kit Audio Mixer ini terdapat led indikator gain signal, pengaturan dengan menggunakan potensio alpha antara lain ETM, SUMEF RTN, MON dan volume.
  • OUT: OUTPUT (Dihubungkan ke input power amplifier)
  • MO: MONITOR OUTPUT (Dihubungkan ke power amplifier berdaya kecil, outputnya ke headphone)
  • SEND: EFEK SEND (Dihubungkan dengan input echo atau sejenisnya)
  • ETM: EFEK TO MONITOR (Untuk menambah efek pada monitor)
  • RTN: RETURN (Dihubungkan ke output echo atau sejenisnya)
  • SO: SUM OUTPUT (Merupakan output tambahan, bisa digunakan untuk input recording, dll)
Untuk pemasangan mono: monitor berfungsi pada penguat mic hanya satu potensio MONITOR A atau MONITOR B






MENGENAL MIXER SOUND SYSTEM
MIXER
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigY8WXXl55wgCPN1g2GZlgqG7_Y9bwnAQvDnKzU58uT7C84fJoUDBwdum1FGp1xS_u6VsiNK9tihmcRBnOh3-rQxDI21rAl8K13d9Wa_PHITsS8xT5M37VWxcHON7Kw_TxwLwnwTyMV7Q/s1600/mix+allen+heath+zed+12fx.JPG





Dalam dunia Audio profesional, sebuah mixing console, apakah itu analog maupun digital, atau juga disebut soundboard / mixing desk (papan suara) adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi memadukan (lebih populer dengan istilah "mixing"), pengaturan jalur (routing) dan mengubah level, serta harmonisasi dinamis dari sinyal audio. Siynal - sinyal yang telah diubah dan diatur kemudian dikuatkan oleh penguat akhir atau power amplifier yang diteruskan ke loudspeaker.

Audio mixer secara luas digunakan dalam berbagai keperluan, termasuk studio rekaman, sistem panggilan publik (public address), sistem penguatan bunyi, dunia penyiaran baik radio maupun televisi, dan juga pasca produksi pembuatan film. Suatu contoh yang penerapan sederhana, dalam suatu pertunjukan musik misalnya live band atau organ tunggal, sangatlah tidak efisien jika kita menggunakan masing masing amplifier untuk menguatkan setiap bagian baik suara vokal penyanyi dan alat alat musik yang dimainkan oleh band pengiringnya. Disini Audio mixer akan menjadi bagian penting sebagai titik pengumpul dari masing masing mikropon yang terpasang ataupun audio yang masuk melalui kanal mixer, mengatur besarnya level suara sehingga keseimbangan level bunyi baik dari vokal maupun musik akan dapat dicapai sebelum diperkuat oleh amplifier.

Mixer adalah salah satu perangkat yang paling populer setelah microphone. Kita lebih mengenalnya dengan sebutan mixer, mungkin kebanyakan kita menyebutnya demikian karena fungsinya yang memang mencampur segala suara yang masuk, kemudian men-seimbangkannya, menjadikannya dua (kiri – kanan /L-R kalau stereo, dan satu kalau mono), kemudian mengirimkannya ke cross-over baru ke power amplifier dan akhirnya ke speaker.

Mixing console menerima berbagai jenis sumber suara. Bisa dari microphone, alat musik, CD player, tape deck, atau DAT ( perangkat untuk rekaman). Dari sini dengan mudah dapat dilakukan pengaturan level masukan dan keluaran mulai dari yang sangat lembut sampai keras. Kalau kita misalkan sebuah system audio itu diumpamakan sebagai tubuh manusia, snake cable bisa kita umpamakan sebagai system syaraf, dan mixing console sebagai jantungnya.

Jalur masukan (input) biasanya dibagi menjadi beberapa bagian:
  • Input Jacks / penguat muka mikropon (Microphone preamps)
  • Basic input controls
  • Channel EQ (High, Mid high,Mid and low). Bass – Midle - Treble
  • Bagian Routing termasuk Direct Outs, Aux-sendsPanning control and pengalamatan Subgroup
  • Input Faders
  • Subgroup faders
  • Output controls termasuk Master level controls, EQ dan/atau Matrix routing

BAGIAN MIXER ANALOG
Istilah kerennya adalah mixer, yaitu sebuah alat yang mengumpulkan semua sinyal baik dari mic, sinyal line (berupa sinyal dari tape/CD, atau dari instrumen), semua efek (berupa echo, reverb, delay), kemudian “dicampur” secara otomatis oleh alat ini menjadi satu sinyal yang utuh dan kemudian didistribusikan ke power amplifier yang akan diolah sedemikian sehingga akhirnya sinyal ini diubah wujudnya menjadi suara yang dikeluarkan oleh speaker yang terpasang.

Alat ini juga memiliki kemampuan untuk mengubah level dari sinyal tersebut, seperti dari sinyal yang keras menjadi lebih pelan dan demikian sebaliknya sehingga sinyal-sinyal ini “tertata” dengan baik dan terdengar dengan nyaman. Kemampuan ini tidak bersifat otomatis secara mesin, tapi tergantung dari kemampuan sang pengatur suara, yang dalam hal ini sering disebut engineer atau sound engineer.

Seperti yang telah disebutkan di paragraf kedua, jumlah channel yang tersedia pada sebuah mixer bervariasi. Mulai dari yang sederhana sebanyak 6 atau 8 channel bahkan sampai ratusan channel sekaligus. Dari beberapa klasifikasi tersebut dapat disimpulkan menjadi 2 jenis mixer, yaitu analog mixer yang biasanya terdiri dari maksimum 52 channel dan digital mixer yang memiliki jumlah channel yang dapat dikatakan “tidak terbatas”. Untuk spesifikasi detil dari kedua jenis mixer ini dapat dilihat dari beberapa merek yang telah beredar di pasaran umum.
MENU UMUM PADA MIXER
GAIN
Disebut juga input level atau trim, biasa terdapat pada urutan paling atas dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan seberapa sensitif input yang kita iniginkan di terima oleh console(mixer). Apakah berupa signal mic atau berupa signal line (keyboard, tape deck, dvd player, dll). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Bila signal lemah, maka dapat dilakukan penambahan, bila terlalu kuat dapat dikurangi.
Jadi input gain stage adalah hal yang paling penting dan kritis, karena dari sinilah semua suara yang berkualitas dimulai. Makanya usahakanlah untuk menjaga agar setiap input tetap clean dan clear sebisa mungkin. Sebab noise dan distorsi yang diakibatkan dalam poin ini akan mengalir terus ke seluruh system dan membuat seluruhnya jadi terganggu. Bila ternyata input gain sangat besar atau bahkan terlalu besar sehigga setelah dikurangi juga masih saja terlalu kuat, maka untuk itu terdapat (switch) tombol PAD pada console (mixer) yang fungsinya adalah untuk menurunkan gain input signal (tingkat tekanan suara) mulai –20 db sampai –30 db.

EQUALIZER PADA CHANNEL
Pada setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section. Fungsinya yaitu sebagai pengatur tone untuk me-modifikasi suara yang masuk pada channel tersebut. Umumnya sound engineer (sound man – operator mixer) melakukan perubahan sound melalui EQ bertujuan dua :
  1. untuk mengubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai
  2. untuk mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback, dengung, overtune, dll.
Pengaturan yang sangat mendasar dari EQ adalah berupa Low dan Hi (bass dan treble), kemudian penambahan dan pengurangan (boost/cut). Atau ada juga yang lebih kompleks dengan 4 jalur dengan fungsi yang full parametric. Namun tak perduli seperti apa tipe EQ yang terdapat dalam console, karena tetap dalam tujuan yang sama untuk membantu menemukan sound yang terbaik.

EQUALIZER YANG FIX

Yang dimaksud fix diatas adalah pada EQ tersebut tidak memiliki tombol untuk mmilih frekuensi yang akan disetting. Karena frekuensi yang akan “dikerjai” telah ditetapkan dari pabrik. Pembagian frekuensi pada EQ jenis ini mirip denga pembagian yang terdapat pada crossover, hanya terdiri atas :
  • Low, dan hi-pada EQ 2way –                    (Sp 18” bawah + 15” atau 12” atas)
  • Low, Mid dan Hi-pada EQ 3way –            (Sp 18” bawah + 15” tengah + 12” atas)
  • Low, Low Mid, Hi mid dan Hi-pada EQ 4 way –        (Sp 18” bawah + 15” bawah  tengah + 15” atau 12” tengah atas + tweeter 1” atau 2” atas)
Memutar tombol boost/cut akan memberi pengaruh sampai 12 atau 15 db tergantung mixing console apa yang anda gunakan. Keuntungan EQ yang fix adalah :
  • Harga yang relatif ekonomis,
  • Terhindar dari kesalahan pemilihan frekuensi yang akan disetting, kesalahan seperti ini bisa disebabkan oleh sound engineer (penata suara) yang kurang berpengalam.
  • keuntungan yang terakhir adalah hemat waktu dalam pen-settingan.
 Namun ada juga kekurangannya, salah satunya adalah kita tidak dapat memilih frekuensi khusus yang kita inginkan karena semua frekuensi telah ditetapkan dari pabriknya.

SWEEPABLE EQUALIZER
Biasa disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric (bukan full parametric-karena tanpa pengatur bandwitch). Pada EQ yang full parametric kita dapat melakukan pengaturan untuk setiap parameternya. Apakah itu parameter frekuensi, bandwitch, ataupun parameter level. EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan system EQ-3 atau 4 jalur.
Cara kerja :
  1. Lakukan pemutaran pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur.
  2. Putar tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi yang kita pilih tadi. Misalnya untuk mengatur frekuensi low mid pada drum.
  3. Biarkan frekuensi lain tetap pada sound flat.
  4. Putar tombol boost/cut sampai habis ke kiri, atau pada posisi kira-kira jam 7.
  5. Putar tombol frekuensi sampai sound yang terdengar boomy tadi terdengar hilang.
  6. Setelah frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol boost/cut. Karena melakukan pemotongan yang terlalu ekstrim atau terlalu banyak pada frekuensi low mid (middle bass) bisa mengakibatkan sound yang terdengar “kosong”.
Bagian-bagian dari sebuah mixer analog secara umum adalah: 

1. Mono Input Section
Bagian-bagian dari mono input ini terdiri dari:
Mic Input, atau sering juga disebut XLR input atau cannon jack input. Bagian ini digunakan untuk mic atau alat-alat yang menggunakan jack yang memiliki tiga buah “kaki” atau yang yang sering disebut cannon jack.
Biasanya masing-masing “kaki” terdapat nomor 1, 2, dan 3.
Kaki-kaki ini dimaksudkan untuk penempatan posisi sinyal positif, negatif dan ground tipikal yang sering digunakan adalah:

- Kaki no 1 untuk ground, yg berserabut atau tidak dibalut
- Kaki no 2 untuk positif, (Biru) dan
- Kaki no 3 untuk negative (Putih)

Catatan: Posisi di atas tidak selalu menjadi patokan, tergantung dari peralatan yang dipakai. Harap selalu memperhatikan buku manual dari peralatan yang dipakai.


Line In, yang biasanya digunakan untuk menancapkan peralatan yang menggunakan line level jack (istilah umum yang sering beredar adalah input jack gitar). Peralatan yang sering menggunakan bagian ini seperti keyboard, tape, CD player, effect processing unit (reverb, echo, dll), kadang-kadang bass atau gitar juga memakai bagian ini.

Insert Point. Pada beberapa mixer yang lebih kompleks maka terdapat 2 bagian yaitu insert send dan insert return, tetapi pada mixer yang sederhana maka bagian ini hanya ada satu saja yaitu insert I/O (kepanjangan dari insert input/output). Bagian ini digunakan untuk menghubungkan sinyal prosesor eksternal seperti EQ, compressor/limiter/gate. 
Tujuan dari bagian ini adalah membuat seakan-akan sinyal prosesor eksternal menjadi satu kesatuan dengan mixer.
Catatan: Perhatikan cara penyolderan!!! Untuk mixer yang memiliki insert point terpisah maka penyolderan dilakukan sama persis dengan cara penyolderan cannon jack. Dalam hal ini: posisi tip – sinyal positif, ring – sinyal negative, sleeve – sinyal ground, apabila hanya terdapat satu insert point I/O, maka posisi tip – sinyal send, ring – sinyal return, sleeve – sinyal ground. 

Direct Out (Dir). Bagian ini sering digunakan untuk mengirim sinyal audio secara langsung untuk direkam pada multitrack recording tape.
Gain, yang juga disebut input level atau trim, yang berfungsi untuk menentukan sensitifitas dari input sebuah sinyal yang masuk, baik itu berupa sinyal mic atau sinyal line (dari keyboard, tape, CD player, atau alat musik yang lain). Bagian ini hanya mengatur tingkat kesensitifitasan dari channel tersebut bukan besarnya volume sinyal.

Catatan:
Apabila sinyal yang masuk masih terlalu kecil (volume sudah dimaksimalkan, demikian juga dengan gainnya) maka yang perlu diperiksa adalah kondisi dari kabel tersebut dan kondisi penyolderan dari kabelnya, terbalik atau putus atau malah tidak tersolder sama sekali.

HPF (High Pass Filter).
Bagian ini digunakan untuk memotong frekuensi rendah yang terlalu berlebihan atau peralatan yang mengakibatkan humming. Bagian ini sangat efektif digunakan pada situasi live, untuk mengurangi “popping” pada mic, atau memotong frekuensi rendah yang sering kali dijumpai pada jenis suara laki-laki. Pada beberapa mixer yang lebih kompleks, terdapat knob variabel frekuensi yang akan dipotong (misal: 50 Hz atau 80 Hz atau 250 Hz dan seterusnya), sedangkan pada mixer yang lebih sederhana hanya terdapat knob, seperti knob on/off, yang biasanya tercantum frekuensi 100 Hz atau sering disebut dengan fixed HPF.

EQ section.
Bagian ini sering dipakai untuk mengatur kualitas suara yang diinginkan. Pada prinsipnya bagian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu low, mid, dan high. Tipe ini sering dijumpai pada mixer yang sederhana bahkan ada yang hanya terdapat 2 bagian saja yaitu low dan high, tetapi pada mixer yang lebih kompleks maka sering dijumpai penambahan seperti Q dan frekuensi yang ingin di-cut atau di-boost.
Aux section.
Ada 2 fungsi utama dari bagian ini, yaitu sebagai pengontrol monitor speaker yang terdapat di panggung utama dan atau pada masing-masing pemain band, dan sebagai pengontrol eksternal efek (reverb, echo, dll).

Pan (Panoramic Control).
 Bagian ini sering kali digunakan untuk menentukan posisi sinyal suara (kanan atau kiri) atau dipergunakan untuk menentukan channel tertentu masuk dalam sub grup tertentu (misal: channel 1 masuk dalam sub grup 1, channel 2 masuk dalam sub grup 2, dsb.) 

Solo atau PFL.
Bagian ini sering digunakan para engineer untuk mendengarkan sinyal suara secara individual melalui headphone. PFL adalah singkatan dari Pre Fade Listening yang berarti kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh fader channel (before the fader), atau dengan bahasa sederhana kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh besar kecilnya posisi fader.

Mute/On-Off switch.
Bagian ini digunakan untuk mematikan atau menyalakan fungsi sinyal suara dari masing-masing channel. 

Channel fader.
Bagian ini menentukan besar kecilnya sinyal suara yang akan dikeluarkan melalui channel yang dimaksud.

+48V Phantom.
Bagian ini digunakan bila digunakan mic condenser atau DI box yang memerlukan power sehingga alat-alat ini bisa berfungsi dengan baik.

Perhatikan!!! Pada tipe mixer tertentu, tidak dijumpai adanya bagian ini pada masing-masing channel. Yang ada adalah knob +48V Phantom master. Perhatikan juga jenis kabel yang akan tersambung!! Bila semua kabel berada pada posisi balanced maka tidak perlu dikhawatirkan akan terjadi sesuatu, tetapi bila tidak maka jangan sekali-kali menekan knob ini. 

2. Stereo Input Section
Sebagian besar bagian yang terdapat pada bagian ini hampir sama dengan bagian mono input kecuali pada bagian belakang mixer. Bila pada bagian mono input, pada bagian belakang mixer hanya terdapat satu channel input saja, tapi pada bagian stereo input terdapat dua channel input (berupa cannon jack atau phono jack atau RCA jack). 

3. Master Section
Pada bagian ini terdapat:
Aux Master, yang merupakan master volume dari aux pada masing-masing channel mono 

4. Aux Return
Bagian ini memiliki kesamaan prinsip kerja seperti pada bagian Stereo Input Section

5. Master Volume Section

Sub Group Section/DCA/VCA Group
Bagian ini merupakan master group dari masing-masing channel yang telah dikelompokkan sedemikian rupa. Biasanya dipakai untuk memudahkan pengoperasian mixer, misal sub grup drum yang terdiri dari beberapa channel mic yang dipakai untuk drum. 


                Mungkin sebagian dari anda lebih menyukai suara bass yg 'nendang' , untuk itu saya posting tips ini ,dan semoga berguna
.Untuk membuat bass lebih nendang ,sebenarnya caranya tdk begitu sulit, yg biasanya menentukan kuat tidaknya bass yaitu daya suatu amplifier, semakin tinggi dayanya ,semakin kuat pula bassnya, Namun untuk yg digunakan di dalam rumah saya sarankan amplifier yg digunakan maksimal 400 watt atau di bawahnya.
Yg selanjutnya adl power supply nya, pengaruhnya sama ,semakin tinggi ampere nya ,biasanya bass nya smakin kuat. Untuk suara yg baik trafo minimal 5 ampere dan untuk elco power supply nya akan lebih baik jika bernilai di atas 6800 micro farad.
Jika ingin memaksimalkan tenaga power supply, gunakan dioda kotak (di daerah saya disebut dioda kiprok).
Yg tdk kalah pentingnya adl sistem pengontrol, untuk yg satu ini , saya lebih menjatuhkan pilihan saya pada 'parametric tone control' , saya memilih karena suaranya yg halus dan enak didengar.
Tapi jika bass dirasa masih belum keluar ,anda kiranya bisa menambah mixer 7 potensio pd input parametric .Dan untuk menghindari suara pecah, pasang